basmalah Pictures, Images and Photos
Melacak Asal-Usul Habib di Indonesia (3): Habaib dalam Pusaran Kerajaan di Indonesia (1) - Our Islamic Story

Choose your Language

Melacak Asal-Usul Habib di Indonesia (3): Habaib dalam Pusaran Kerajaan di Indonesia (1) “Tidak sedikit dari kaum ‘Alawiyin awal...

Melacak Asal-Usul Habib di Indonesia (3): Habaib dalam Pusaran Kerajaan di Indonesia (1)

Melacak Asal-Usul Habib di Indonesia (3): Habaib dalam Pusaran Kerajaan di Indonesia (1)



“Tidak sedikit dari kaum ‘Alawiyin awal yang datang ke Indonesia masuk ke dalam keluarga berbagai kerajaan lokal melalui perkawinan, kemudian tidak sedikit pula tampuk kepemimpinan kesultanan di Asia Tenggara sampai saat ini berada dalam jalur keturunan tokoh-tokoh ini, antara lain, kesultanan di Pontianak dan tempat-tempat lain.”

–O–


Pada artikel sebelumnya kita telah membahas bahwasanya Habaib (jamak dari Habib) baik secara filosofis maupun pergerakkan datang ke Indonesia dengan jalan damai. Tidak terkecuali pada saat masa-masa kerajaan di Indonesia, metode dakwah Islam dan ajaran yang mereka bawa dikemas dengan sedemikian harmonis dengan budaya di masyarakat lokal sehingga dalam waktu yang relatif singkat, para tokoh di kalangan ini mendapat tempat di hati elit dan akar rumput pada bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Karena pendekatan persuasif dan damai, kerajaan-kerajaan lokal dengan leluasa dan sukarela membuka diri terhadap agama Islam yang relatif baru sehingga peluang dakwah semakin luas.[1]

Tidak sedikit dari kaum ‘Alawiyin awal yang datang ke Indonesia masuk ke dalam keluarga berbagai kerajaan lokal melalui perkawinan, kemudian tidak sedikit pula tampuk kepemimpinan kesultanan di Asia Tenggara sampai saat ini berada dalam jalur keturunan tokoh-tokoh ini, antara lain, kesultanan di Pontianak dan tempat-tempat lain. Tidak hanya itu, yang lebih mencengangkan bukanlah betapa cepatnya Islam menyebar di Nusantara pada khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya, melainkan fakta bahwa Islam menyebar dengan cepat dan dengan cara damai.[2]



Berkat cara damai ini pula, Islam sebagai agama baru, dibanding Hindu dan Budha yang lebih dulu ada di Indonesia, dengan mudah dapat menggugah kesadaran masyarakat dan segera menjadi agama mayoritas. Sebagai ilustrasi, orang Jawa yang semula begitu menghayati ajaran-ajaran Hindu, segera menyerap dan menghayati aspek-aspek spritualitas dan tasawuf Islam.[3]

Selain dengan cara damai, memang struktur masyarakat nusantara sendiri, khususnya orang-orang Melayu, dalam mendalami agama Hindu-Budha, tidak terlalu dalam secara teologis. Sebagaimana diungkapkan oleh Haji Muzaffar Dato’ Hj Muhammad dan (Tun) Suzana (Tun) Hj Othman, Habaib datang pertama kali di sini sebagai juru dakwah, mereka menemukan penduduk lokal secara umum memeluk ajaran Hindu-Budha dan beberapa lainnya masih menganut agama Pagan. Untungnya, kepercayaan penduduk ini kebanyakaan tidak terlalu dalam.[4]

Ketika mereka menyelenggarakan upacara untuk menyembah dewa atau semacamnya, hal ini sebenarnya hanyalah apresiasi fisik tanpa terlalu jauh mendalami filosofi sebenarnya dari ibadah tersebut. Dengan kata lain, filosofi Hindu-Budha tidak secara total menguasai aspek psikologis orang-orang Melayu. Mereka cenderung hanya mengikuti itu untuk memenuhi kebutuhan sosial dan rekreasi, hiburan dan dalam rangka menjadi kreatif, sehingga Prof. Sayyid Muhammad Naquib Al-Attas, mengungkapkan, “pengaruh Hindu tidak pernah sampai pada tahapan mengubah pandangan dunia orang Melayu, yang mana (ajarannya) berbasis pada seni, bukan filosofi”.[5]

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa praktik ibadah orang-orang Melayu lebih bersifat ritualistik, bukan teologis. Kondisi tersebut memberikan ruang yang luas bagi juru dakwah Islam untuk menanam benih-benih Islam di dalam pikiran mereka, sebuah benih yang sedikit demi sedikit akan tumbuh untuk menjadi kepribadian Islam Melayu yang solid.[6]

Dalam tataran yang lebih jauh, Habaib dapat masuk ke dalam lingkaran elit kerajaan di nusantara dan bahkan sampai menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Pada awalnya, sebagaimana dikisahkan oleh Musa Kazhim, sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, seperti Portugis dan Belanda. Kebanyakan Habaib diberi kepercayaan oleh raja-raja setempat sebagai syahbandar, seorang diplomat ekonomi yang bertugas mengatur gerak perdagangan antara kerajaan setempat dengan para importir. Pada masa pemerintah kolonial Portugis dan Belanda, jabatan syahbandar diubah menjadi kapiten atau letnan, yang tidak sekedar menjadi makelar ekonomi, tetapi juga makelar budaya, penghubung antara masyarakat lokal dengan pemerintah kolonial. Bukan hanya para Habib, jabatan kapiten atau letnan juga dipercayakan kepada elite Tionghoa dan Melayu.[7]

Jika bangsa-bangsa kolonial Eropa mengeruk kekayaan alam daerah jajahan, maka para Habib membuat simpul-simpul jaringan intelektual di daerah-daerah tempat mereka berdiaspora. Azyumardi Azra, Ulrike Freitag, dan Michael R. Feener telah memetakan jaringan-jaringan itu secara rinci. Sebagaimana dikutip oleh Musa Kazhim, paling tidak, ada tiga pola simpul jaringan intelektual para Habib. Pertama, jaringan intelektual antara Mekkah dan Nusantara, yang sekarang dikenal sebagai Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Kedua, jaringan intelektual antara Hadhramaut dan Asia Tenggara. Ketiga, pusat-pusat studi Islam di kerajaan-kerajaan lokal di daerah-daerah Asia Tenggara, seperti Riau dan Sumenep.[8]



Dalam perkembangannya, Habaib juga melakukan perkawinan dengan perempuan-perempuan setempat yang merupakan keluarga bangsawan lokal sehingga memungkinkan mereka atau keturunan mereka pada akhirnya mencapai kekuasaan politik yang dapat digunakan untuk penyebaran Islam.[9] K.H. Ali Badri Ketua Dewan Pembina Majelis Dzurriyat Wali Songo, mengatakan tak sedikit dari tokoh ‘Alawiyin awal itu kemudian masuk ke dalam keluarga berbagai kerajaan lokal melalui jalinan perkawinan. Maka, kenyataannya, kemudian tak sedikit tampuk kekuasaan kesultanan di Asia Tenggara sampai saat ini berada di jalur keturunan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Kesultanan Pontianak.[10] (PH)


Catatan Kaki:

[1] Prolog Abdillah Toha dalam Peran Dakwah Damai Habaib/’Alawiyin di Nusantara, (Yogyakarta: RausyanFikr Institute, 2013), hlm xix.

[2] Ibid.

[3] Ibid.

[4] Haji Muzaffar Dato’ Hj Muhammad dan (Tun) Suzana (Tun) Hj Othman, Ahlulbait (Keluarga) Rasulullah SAW. dan Kesultanan Melayu, dalam Peran Dakwah Damai Habaib/’Alawiyin di Nusantara, (Yogyakarta: RausyanFikr Institute, 2013), hlm 90

[5] Pehin Jawatan Luar Pekerma Raja Dato Seri Utama Dr. Ustaz Hj Md Zain Hj Serudin, Melayu Islam Beraja; Suatu Pendekatan, 1998, hlm. 105, dalam Haji Muzaffar Dato’ Hj Muhammad dan (Tun) Suzana (Tun) Hj Othman, Ibid.

[6] Haji Muzaffar Dato’ Hj Muhammad dan (Tun) Suzana (Tun) Hj Othman, Ibid.

[7] Musa Kazhim, “Sekapur Sirih Sejarah ‘Alawiyin dan Perannya Dalam Dakwah Damai Di Nusantara: Sebuah Kompilasi Bahan”, dalam Peran Dakwah Damai Habaib/’Alawiyin di Nusantara, Ibid., hlm 13

[8] Ibid., hlm 13-13.

[9] Azyumardi Azra, “Islamisasi Nusantara; Dakwah Damai”, dalam Peran Dakwah Damai Habaib/’Alawiyin di Nusantara, Ibid., hlm 111-112.

[10] Muhammad Subarkah, Jalur Dakwah Diaspora Hadhramaut, dalam Peran Dakwah Damai Habaib/’Alawiyin di Nusantara, Ibid., hlm 242.


Baca selanjutnya: https://ganaislamika.com/melacak-asal-usul-habib-di-indonesia-3-habaib-dalam-pusaran-kerajaan-di-indonesia-1/

0 komentar:

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (174) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)