Makna Inskripsi ayat Al-Qur'an dan Syahadat pada Nisan Pemakaman di Ibu Kota Majapahit Trowulan?
Trowulan dengan berbagai peninggalan sejarah di sekitarnya memiliki hierarki paling kuat sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit. Situs Trowulan yang berada di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur menjadi salah satu bukti kuat bahwa daerah itu sempat menjadi pusat pemerintahan Majapahit. Bagaimana struktur bangunannya?
Di Trowulan terdapat Kolam Segaran, pasar, alun-alun, Balai Manguntur dan Witana atau pelataran tempat audiensi. Pintu keraton, keraton atau istana raja, rumah keluarga raja, pemakaman Islam Troloyo dan pemakaman Budha Wurare. Apa makna pemakaman Islam Troloyo di lingkungan Istana Majapahit?
Letak pemakaman Islam Troloyo berada di selatan keraton. Juga, Berdekatan dengan perumahan para bangsawan termasuk ayah dan saudara Raja Hayam Wuruk. Kedekatan ini menunjukkan betapa pentingnya tokoh yang dimakamkan di Troloyo.
Menurut Gompers, Haag dan Carey, kompleks Makam Troloyo sebagai pemakamam muslim bagi keluarga raja Majapahit. Pemerian terhadap kompleks Makam Troloyo akan menjelaskan lebih lanjut tentang figur orang-orang Islam yang dimakamkan di tempat tersebut.
Pemakaman Troloyo terdiri 3 bagian. Yaitu, makam dengan nisan-nisan kuno, cungkup makam Kencono Wungu, dan Kelompok Makam Tujuh. Makam dengan nisan-nisan kuno tanpa cungkup diberinama Petilasan Walisanga dalam tradisi lisan. Namun tidak ada figur siapakah yang dimakamkan di makam tersebut.
Di kelompok pemakaman ini, inkripsi yang tertulis di batu-batu pemakamannya adalah Al-Qur'an Surat Al-Imran ayat 185 yaitu "Kullu nafsin dza'iqatul mawti". Selain inskripsi ayat Al-Qur'an ada gambar motif Surya Majapahitnya.
Makam yang bercungkup terdiri dari cungkup kubur telu dan dua cungkup berisi makam. Inkripsi yang ada di nisan-nisan tersebut berupa kalimat syahadat yaitu "La ilaha illahau Mukhammad rasulullah", doa dan surat Al-Imran ayat 185.
Di kompleks Makam Tujuh, masyarakat menyebutnya sebagai Kubur Pitu atau kuburan Srengenge. Hampir seluruh menggunakan lambang kerajaan Majapahit yaitu Surya Majapahit, juga kalimat Syahadat.
Tradisi lokal menyebutkan di kompleks tujuh ini dimakamkan Pangeran Moto Suryo, seorang raja Majapahit, Patih Noto Kusumo seorang patih Majapahit, Gajah Pramodo seorang pejabat Majapahit, Naya Genggong seorang pengawal Raja Majapahit, Sabdo Palem. Namun, inskripsinya tidak menyebutkan figur yang dimakamkan.
Hanya satu nisan yang menyebutkan figur yang dimakamkan yaitu Zayn un Din tanpa inskripsi Surya Majapahit. Dari nisannya, diduga yang dimakamkan berasal dari bangsa Arab atau komunitas Arab yang menurut catatan Tiongkok sudah ada di era Majapahit.
Bila dilihat dari tahun wafatnya antar tahun 1397, 1407, 1427, 1467, 1475 M, dapat diduga tokoh ini selain sebagai bangsawan juga keluarga dari Raja Hayam Wuruk hingga Wikramawardhana dan Ratu Shinta.
Walaupun mpu Prapanca tidak menyebutkan penduduk Muslim dalam catatannya, namun keberadaan bukti arkeologi makam Putri Campa, istri raja Majapahit, yang disebutkan pula oleh mpu Prapanca bahwa Campa bersahabat baik dengan Majapahit, menandakan bahwa Islam sudah dipeluk dan menyebar di Ibu Kota Majapahit pada abad XIV dan XV. Dimana bangsawan dan keluarga raja Majapahit sudah ada yang memeluk Islam.
Sumber:
https://m.merdeka.com/jatim/menilik-kondisi-terkini-ibu-kota-kerajaan-majapahit.html
Orang Tionghoa dan Islam di Majapahit, Adrian Perkasa, Penerbit Ombak
0 komentar: