Kediktatoran, Periode Penyiapan Umat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Masa nubuwah yang kedua terjadi setelah era penguasa yang penuh kediktatoran. Era kediktatoran adalah era dimana kaum muslimin bagaikan buih di lautan. Inilah era kezaliman yang sangat pekat. Darah kaum muslimin sangat murah tak berharga. Mengapa zaman ini hadir?
Shalahuddin Al Ayubi lahir setelah diterjang badai tentara Salib. Saifuddin Qutudz lahir setelah terjangan membabi butanya bangsa Mongol yang kejam dan keji. Sehingga dalam surat tantangannya, bangsa Mongol merasa bisa mengalahkan Tuhan.
Kediktatoran yang menerjang menguatkan kaum muslimin. Kezaliman yang menimpa membuat kaum muslimin kembali kepada Islam. Kembali membuka solusi apa yang harus dilakukan. Membuka kembali bagaimana generasi sebelumnya memecahkan persoalan dan tantangannya.
Dalam kondisi yang terhina, para pendekar mencari kitab jurus masa lalu yang sudah disiapkan untuk menghadapi masa depan. Mereka kembali ke perguruannya. Kembali ke tempat para gurunya pernah menyendiri untuk menempa kekuatan. Karena solusi sudah ada sebelum persoalan itu hadir.
Tubuh manusia memiliki benteng pertahanan yang sangat kokoh. Juga, serangan yang mematikan. Saat virus, bakteri, kuman dan beragam jenis patogen menyerang pertama kali, tubuh manusia terpapar sakit. Saat tubuh sudah bisa mengidentifikasi, antibodi diproduksi yang sesuai dengan patogennya dengan cepat dan tepat untuk menghancurkannya.
Antibodi manusia mampu menghancurkan segala jenis patogen yang telah muncul di masa lalu, yang terjadi di hari ini, dan segala yang terjadi hingga hari kiamat nanti. Itulah keajaiban manusia yang dianugerahkan Allah tanpa diminta oleh manusia itu sendiri.
Umat Islam dianugerahkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw untuk menghadapi persoalan zaman. Seberapa cepat memecahkan persoalannya? Tergantung seberapa cepat menghadirkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw dalam kehidupan kesehariannya. Kediktatoran dan kezaliman dihadirkan Allah agar kaum muslimin kembali kepada Allah.
0 komentar: