Jihad Kesultanan Demak, Aceh, dan Ternate, Mengusir Penjajah Portugis dari Nusantara.
Sejak Melaka jatuh ke tangan Portugal pada 1511, Sultan Malaka Mahmud Syah yang mengungsi di Pulau Bintan meminta bantuan kepada Dinasti Ming dan beberapa kerajaan Islam di Nusantara untuk merebut kembali Malaka.
Untuk merespon ini Pati Unus adalah menghidupkan kembali kekuatan armada Majapahit yang tertidur lama pada saat masa - masa perebutan kekuasaan (Perang paregreg), Perang. Kapal - kapal baru tersebut juga dilengkapi dengan Cetbang, yaitu meriam isian belakang (breech loader), di mana kapal dan cetbang juga merupakan kekuatan andalan Armada Majapahit. Pusat produksi kapal-kapal ini adalah Semarang, dan Jepara, dengan bantuan orang-orang Muslim Tionghoa lokal.
Pada Januari 1513 Pati Unus mencoba mengejutkan Malaka, membawa sekitar 100 kapal dengan 5.000 tentara Jawa dari Jepara dan Palembang. Sekitar 30 dari mereka adalah jung besar seberat 350-600 ton (pengecualian untuk kapal utama Pati Unus), sisanya adalah kapal jenis lancaran, penjajap, dan kelulus. Jung-jung itu sendiri membawa 12.000 orang. Kapal-kapal itu membawa banyak artileri yang dibuat di Jawa.
Memasuki tahun 1521, Armada kesultanan Demak melancarkan serang kedua ke Malaka untuk membantu Sultan Mahmud Syah dari Malaka mengambil kembali kota Malaka dari tangan Portugis. Armada ekspedisi kedua kesultanan Demak ini dipimpin kembali oleh Pati Unus yang saat itu telah menjabat sebagai Sultan Demak. Pertempuran hebat terjadi di Malaka selama 3 hari 3 malam baik di laut maupun di darat. Pada pertempuran sengit ini Pati Unus terbunuh di medan perang.
Tahun 1550, Ratu Kalinyamat, puteri Sultan Trenggana mengirimkan bantuan 40 kapal dan 4000 personil atas permintaan Sultan Johor untuk menyerang Malaka. Gabungan Armada Jepara, Melayu dan Aceh berjumlah total 200 kapal mengepung Malaka. Kekuatan gabungan ini berhasil memukul mundur Portugis dan mengambil alih sebagian besar kota Malaka, sebelum akhirnya berhasil Portugis berhasil menyerang balik. Prajurit-prajurit Melayu berhasil dipukul mundur ke kapal, sementara prajurit-prajurit Jawa dari Jepara tatap bertahan di darat. Setelah Portugis berhasil membunuh pemimpin pasukan Jawa dan menewaskan 2000 prajurit jawa barulah pasukan Jawa mundur ke kapal. Namun badai di laut mengakibatkan 2 kapal Jepara terdampar di pantai dan menjadi sasaran empuk Portugis. Lebih dari setengah pasukan Jepara gugur di medan pertempuran.
Tahun 1574, Ratu Kalinyamat dari Jepara mengirimkan kapal bantuan untuk ekspedisi Kesultanan Aceh menyerang Portugis di Malaka berjumlah 300 kapal (80 diantaranya adalah jung besar berbobot 400 ton) serta 15.000 personil. Setelah pengepungan dan pertempuran sengit selama 3 bulan. Dua per tiga pasukan Jepara gugur, hanya sekitar 5000 pasukan yang masih selamat dan kembali ke Jepara. Namun serangan ini menyebabkan posisi Portugis di kepulauan Maluku terjepit karena bala bantuan dari Malaka terhambat, sehingga Sultan Baabullah dari Ternate berhasil mengusir Portugis dari kesultanan Ternate pada tahun 1575
Sumber:
Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Islam di Nusantara, Slamet Mulyana, LKIS
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Invasi_Kesultanan_Demak_ke_Melaka_Portugis
0 komentar: