Nusantara Mewarnai Wahabi
Nusantara memang diwarnai, namun dia pun mewarnai. Salah satu yang diwarnai adalah gerakan Wahabi. Bagaimana perjalanan Wahabi di Nusantara?
Saat imam Ibnu Taimiyah melakukan pembaharuan. Di Nusantara berdiri kerajaan Pasai dan Majapahit. Eropa memasuki akhir abad Pertengahan.
Saat imam Ibnu Taimiyah melakukan pembaharuan. Di Nusantara berdiri kerajaan Pasai dan Majapahit. Eropa memasuki akhir abad Pertengahan.
Bila akar gerakan Wahabi itu Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb (1701 - 1793 M), maka beberapa penganut Wahabi mulai masuk Nusantara pada 1788M
Penganut Wahabi (Arab) datang di era Paku Buwono IV, menyiarkannya di Solo, Jogyakarta, Cirebon, Bantam dan Madura. Mereka disambut baik.
Ketauhidan mendorong gerakan anti penjajahan. Maka Wahabi disambut baik. Belanda mengendusnya. Maka ditangkap dan diusirlah mereka.
12 tahun kemudian, 1801 M, datanglah 3 ulama Muda berpaham Wahabi dari Makkah ke Minangkabau. Yang datang pribumi bukan orang Arab lagi.
Ketiga ulama ini mendorong lahirnya gerakan Padri yang melakukan perlawanan terhadap penjajah selama 37 tahun. Belanda berhasil menumpasnya.
Di awal abad 20, pengaruh Wahabi membentuk gerakan Kaum Muda di Minangkabau. KH Ahmad Dahlan dan Syeikh Ahmad Soorkati. Lalu terbentuklah Ormas Islam.
Menurut Buya Hamka, Ir Soekarno dalam surat-suratnya dari Endeh terlihat banyak mengandung anasir Wahabi.
Mengapa gerakan Salafi dari Arab Saudi yang disebut berpaham Wahabi berbeda dengan Ormas Islam yang awalnya diduga kemasukan paham Wahabi?
Nusantara memang terwarnai, namun Nusantara pun mewarnai ciri yang khas. Itulah transformasi yang menjadi karakter asli Nusantara.
Saat Ibnu Saud (Wahabi) berkuasa di Hijaz. Ulama Nusantara memohon agar umat Islam non Wahabi dapat menjalankan ajaran 4 mazhab di Madinah dan Mekkah.
Dari peristiwa pengiriman utusan ke Hijaz ini, lahirlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 M
Sumber:
Dari Perbendaharaan Lama, Buya Hamka, GIP
Ayahku, Buya Hamka, GIP
Api Sejarah, Ahmad Mansur Suryanegara, Suryadinasti
0 komentar: