Paus Eugene IV dan Kardinal Cesarini Membujuk Penghianatan Atas Perjanjian Damai Terhadap Sultan Murad
Tahun 1444 Masehi Sultan Murad (ayah Muhammad Al Fatih) membuat perjanjian damai dengan Raja Ladeslase dari Hongaria (Maghyar) selama 10 tahun. Saat itu usia Muhammad Al Fatih baru 14 tahun. Setelah perjanjian ditandatangani sang Sultan ingin mengundurkan diri dari kerajaan karena sudah tua. Hendak pulang ke Asia Kecil dan mengikuti Thariqat Maulawiyah.
Kerjaannya pun diserahkan ke Muhammad Al Fatih. Menurut perhitungan sultan, dengan perjanjian damai 10 tahun, maka tidak akan ada lagi peperangan antara Turki Utsmani dengan kerajaan Eropa. Apalagi perikatan perjanjian disumpah dengan Al-Qur'an bagi sultan dan Injil bagi raja Ladeslase. Setelah 10 tahun putranya akan berumur 24 tahun sehingga sudah sanggup memimpin peperangan.
Akan tetapi pihak kerajaan Eropa, Kardinal Cesarini wakil Paus Eugene IV, mengetahui rencana peralihan kekuasaan di Turki Utsmani ini. Dipikirannya, inilah waktu paling tepat untuk menghancurkan Turki Utsmani dan menghapuskan pengaruh Islam. Tidak ada waktu setepat saat itu. Maka dibujuklah raja Ladeslase supaya menghianati perjanjian tersebut.
Kardinal Cesarini juga membujuk Paus untuk mendukung rencana ini. Paus justru bergembira menerima usulan ini. Dasarnya, raja Ladeslase tidak meminta pertimbangan Paus saat membuat perjanjian tersebut dibuat. Kemudian dikirimlah surat dari Paus untuk seluruh kerajaan di Eropa untuk menyokong raja Ladeslase untuk menyerang Turki Utsmani.
Raja Ladeslase awalnya menolak usulan tersebut. Namun karena mendapatkan surat dari Paus bahwa dia akan diberi anugerah pengampunan dosa maka ikutlah dia. Kardinal Cesarini juga meyakinkan raja Ladeslase dengan mengangkat tangan ke dada dan bersembahyang bahwa tidak berdosa jika orang Kristen memungkiri janji dengan orang Islam. Maka disusunlah Angkatan Perang Salib yang besar untuk menghancurkan Turki Utsmani.
Informasi ini sampai ke Sultan Murad. Dia paham, anaknya Muhammad Al Fatih belum mampu menghadapi pertempuran besar ini. Sang Sultan pun meninggalkan tasawufnya sementara waktu. Bersegera ke Istana. Diperintahkan Muhammad Al Fatih berburu. Selama Al Fatih berburu, sang Sultan memimpin peperangan dan mengelola pemerintahan.
Sang Sultan memberikan hadiah kepada armada Genua agar keluar dari pihak Salib. Armada Genua justru dimanfaatkan untuk membawa pasukan Turki ke Eropa dengan imbalan satu dinar emas untuk satu pasukan. Akhirnya 40 000 pasukan Turki dibawa ke Eropa.
Pertempuran berkecamuk. Sultan Murad menghadapi raja Ladeslase. Walaupun sultan sudah tua namun kemahiran bertempurnya belum padam. Sultan berhasil menghujam kan tombaknya dengan tepat ke dada Ladeslase hingga tembus ke punggung. Sedangkan Kardinal Cesarini melarikan diri dari pertempuran tersebut.
Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 4, Buya Hamka, GIP
0 komentar: