Buya Hamka: Para Pemegang Senjata Hendaknya yang Berideologi
Allah tidak menyukai orang berkhianat, maka hendaklah orang yang beriman menjaga kekuatan. Karena kalau pihak musuh memungkiri janji, kita hanya dapat menegurnya dengan kekuatan. Kalau kita lemah, maka tiap-tiap ada kesempatan niscaya mereka akan menginjak-injak janji mereka.
Berperang agar terhadap agama tidak ada fitnah lagi dan seluruh keagamaan sudah bulat menuju Allah. Bagaimana akan sanggup berperang kalau persiapan kekuatan tidak ada? Sebab itu Allah menegaskan supaya bersiap terus dengan segala alat senjata yang ada.
Di era Rasulullah saw, berperang dengan pedang dan tombak. Kian lama persenjataan kian maju, sampai kepada bedil dengan segala macam senjata, meriam dan akhirnya sampai ke peluru kendali dan nuklir. Ayat, " Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka apa yang kamu bisa." Menandakan terus bersiap siaga menuruti perkembangan persenjataan.
Di zaman Rasulullah saw, kuda sangatlah penting. Hingga sekarang belumlah mundur kepentingan kuda dalam perang. Disamping itu telah timbul kendaraan bermotor untuk perang, Panse Wagon, truk, tank, ditambah lagi kepentingan angkatan udara.
Angkatan perang dalam kesiapsiagaannya hendaklah senantiasa memelihara kudanya dan memautkannya dengan baik, artinya bila datang keadaan tiba-tiba hendaknya dapat siap menaikinya. Saat Umar bin Khatab membangun kota Kufah, dibuatlah tanah lapang di samping masjid sebagai tempat para pemuda melakukan latihan-latihan perang. Latihan memanah, melemparkan tombak, bermain pedang dan berkuda.
Ahli-ahli pertempuran selalu berkata, "The man behind the gun." Artinya, bukan senjata yang menentukan dan memutuskan, melainkan siapa yang berdiri di belakang senjata itu. Karena itu yang ditekankan ialah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jadi, kalau caranya sekarang, hendaklah pemegang-pemegang senjata itu orang yang berideologi. Yang sadar benar untuk apa senjata itu dipakai.
Dengan persiapan perang yang tangguh dan kuat itu akan berpikir musuh 1.000 kali sebelum memerangi kamu atau sebelum memungkiri janji. Orang munafik pun akan berpikir terlebih dahulu sebelum mereka berkhianat.
Terkadang bilamana musuh telah sangat membahayakan muslimin, berkehendak sangatlah dia pada perlengkapan senjata yang lebih banyak. Kadang perbelanjaan negara untuk bidang pertahanan sangatlah besar jika dibandingkan dengan perbelanjaan bidang lain. Kadang orang mengeluh lantaran ini.
Pajak negara terpaksa dinaikkan. Maka "Dan apa pun yang kamu belanjakan di jalan Allah, akan disempurnakan ganjarannya untuk kamu dan kamu tidaklah akan teraniaya." Merupakan peringatan bahwa pengorbanan untuk itu, apa pun yang dibelanjakan pastilah akan disempurnakan ganjarannya di sisi Allah. Masyarakat akan terjaga. Tidaklah kamu dapat diciderai oleh musuh dengan khianat dan curang sehingga kamu tidak binasa dan teraniaya.
Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 4, Buya Hamka, GIP
0 komentar: