Buya Hamka: Membongkar Kemenangan dan Kekalahan Dalam Pertempuran
Ketaatan kepada Allah dan Rasul, yaitu tunduk, patuh dan disiplin yang keras terhadap pemimpin tertinggi pertempuran. Dalam perang Badar, Rasul sendiri yang memimpin. Taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah.
Jangan berbantah-bantahan, jangan bertengkar, jangan bertindak sendiri-sendiri, sebab bagaimana pun banyak bilangan pasukan dan senjata, kalo komando tidak satu, tidaklah ada jaminan menang. Perbantahan yang timbul karena tidak ada ketaatan pasti membawa lemah dan hilangnya kekuatan.
Sabar dalam pertempuran adalah daya tahan ketika menyerang dan menangkis. Sudah menjadi adat dari pertempuran yaitu memukul atau dipukul, kena dan mengena, haruslah dihadapi dengan kuat dan sabar. Karena hitungan belumlah dijumlahkan di pertengahan permainan, melainkan di akhir.
Ibarat main sepakbola, sebelum peluit panjang berbunyi, jangan lekas gembira karena dapat memasukkan bola ke gawang lawan, dan jangan putus asa jika gawang sendiri kebobolan.
Jangan sombong. Kesombongan hanya timbul pada jiwa yang kosong tak beriman. Kesombongan hanya timbul karena terlalu mengandalkan banyaknya bilangan dan lengkapnya senjata. Mereka yang riya, menonjolkan diri, ingin dipuji sebagai pahlawan, karakter ini ada pada kaum Quraisy saat perang Badar. Tujuan perangnya, "Seraya menghalangi dari jalan Allah."
Dengan ini tampaklah kesalahan mental pertempuran yaitu sombong, riya dan hendak menghalangi dari jalan Allah. Orang beriman dalam berperang tidak akan ada penyakit ini. Islam akan berkembang dan menghadapi beragam perjuangan, Islam tegak dan jaya, tetapi kaum beriman jangan lupa daratan.
Allah mengetahui seluruh gerak-gerik, tahu segi kekuatan dan kelemahan. Allah mengungkapkan sifat-sifat perjuangan orang yang tak beriman. Kaum Muslimin jangan sekali-kali meniru hal itu. Sebab hukum sebab akibat berlaku untuk seluruh manusia. Siapa yang sombong akan dihancurkan oleh kesombongannya sendiri. Siapa yang tidak taat pada komando tertinggi pasti kalah walaupun mengaku beriman.
Sebab lain kekalahan musyrikindalam perang Badar adalah perdayaan Syetan yang masuk ke dalam hati mereka. Syetan menyanjung, memuji-muji perbuatan mereka memerangi Muslimin dan menanggapnya perbuatan benar. Berhala nenek moyang harus dipertahankan sekuat tenaga.
Syetan memuji musyrikin Quraisy bahwa mereka inti seluruh bangsa Arab, disegani oleh seluruh kabilah tidak akan pernah dikalahkan oleh siapa pun. Syetan pun menghasut akan menjamin, melindungi dan membantu dalam memerangi Muhammad. Namun saat pertempuran terjadi, syetan melarikan diri. Ini peringatan kepada Muslimin agar berhati-hati kalau terjadi keadaan gawat pertempuran agar jangan kemasukan pengaruh syetan.
Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 4, Buya Hamka, GIP
0 komentar: