Buya Hamka: Keberhalaan Modern Itu Kediktatoran
(Diringkas dari Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka, Al-Baqarah: 257)
Diktator tidak disebut Tuhan, tetapi dipuja sebagaimana memuja Tuhan. Mereka tak pernah salah. Tak boleh disalahkan juga.
Seluruh diktator anti agama, walaupun dari mulut mereka menyebut, "Allah Subhanahu wa Ta'aala." Untuk membujuk rakyat yang diperbodoh.
Musuh diktator yang paling besar dan yang mereka benci adalah ulama yang berani menegakkan kebenaran dan membuka mulut.
Ulama dimusuhi karena memegang tuntutan Tuhan dari Kitab Suci. Jiwa mereka merdeka menyuarakannya dari masjid-masjid.
Yang beriman, tak menjual jiwanya kepada diktator. Sebab, telah berpegang pada Allah sebagai wali.
Yang lemah, mendatangi diktator. Menghambakan diri dengan pujian dan pemberian beragam gelar. Diktator pun kian sombong.
Yang lemah begitu terhormat di mata. Namun jiwanya laksana binatang ternak yang dikerahkan di hari besar buat berjemur mendengarkan pidato para diktator.
Kediktatoran hanya dikalahkan dengan ketauhidan. Tauhid menciptakan kemerdekaan jiwa raga dari pengaruh sekalian alam ciptaan Allah.
Yang lemah kehilangan jati diri, kesadaran, dan kebebasannya. Pikirannya tenggelam dengan semboyan dan slogan yang diciptakan para diktator.
Kediktatoran adalah keberhalaan atau paganisme akut di abad modern, kata Buya Hamka di Tafsir Al-Azhar.
0 komentar: