Buya Hamka: Efek Menjalani Kekuasaan Dengan Hawa Nafsu
Buku: Akhlakul Karimah, Pesan Ali bin Abi Thalib
Sesungguhnya Allah SWT telah menyerahkan suatu kewajiban atas pundakku, yaitu mengatur pekerjaan kamu menjadi Ulil Amri. Sebagaimana saya mempunyai hak atas diri tuan-tuan, tuan-tuan pun mempunyai hak atas diri saya.
Kebenaran itu jika dikembangkan amat luasnya, tak dapat disifatkan, dan tak dapat dibagi. Tidaklah kebenaran itu melalui seseorang melainkan seseorang itu berada di bawah kuasanya, demikian pula sebaliknya.
Jika seorang insaf bahwa dia dalam lingkungan kebenaran, itulah orang yang ikhlas kepada Allah SWT yang berlebih kodratnya atas segala hamba-Nya. Keadilan Allah SWT berlakulah atas tiap-tiap sesuatu menurut kodrat dan takdirnya.
Namun, Allah SWT mempunyai hak pula atas hamba Nya yaitu supaya diikuti perintah-Nya. Hamba pun akan menunggu balasan itu yaitu pahala yang berlipat ganda. Setelah itu diadakan oleh Allah SWT yang mengenal setengah orang, tetapi tidak mengenai yang lain.
Hak yang paling benar yang dipikulkan kepada suatu golongan ialah hak yang dipikulkan di atas pundak wali, yaitu orang orang yang memegang pekerjaan pemerintahan. Itulah kewajiban yang terpikul di atas pundak semua untuk semua. Gunanya ialah mengatur hidup dan meninggikan agama mereka, maka rakyat tidak akan baik jika sekiranya tidak mendapat istiqamah dalam hidupnya.
Maka jika rakyat telah menunaikan hak kepada wali dan wali memenuhi hak kepada rakyat, teguhlah per talian mereka antara rakyat dan wali, tegaklah agama dan keadilan segala sesuatu berjalan menurut garis yang benar.
Sebaliknya, jika rakyat tidak mengharap pemerintahnya mengabaikan rakyat, pecahlah persatuan, timbullah kezaliman, orang berani melanggar hukum agama, keluar dari jalan yang benar.
Orang bekerja karena hawa nafsunya, hukum tidak dijalankan karena hilang kehebatan nya, banyaklah penyakit hati dan penyakit badan. Orang yang gagah tidak pernah merasa segan lagi mengganggu hak si lemah, tidak segan pula mengerjakan yang batil. Ketika itu orang-orang berpikir dipandang rendah yang durjana beroleh kedudukan. Maka timpa-bertimpalah hukum Allah SWT atas hamba-Nya.
0 komentar: