Asal Mula Kota Makasar, al-Fatihah dan Penjelmaan Rasulullah saw
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Malaka jatuh ke tangan Portugis. Kesultanan Aceh segera membangun kekuatan baru di setiap kota-kota perdagangan dan dan pusat rempah di Nusantara untuk menghadapi kekuatan Portugis. Maka diutuslah para mubaligh ke seluruh Nusantara.
Pada sisi lain, di kerajaan Gowa Tallo, Sulawesi Selatan, rajanya sudah berinteraksi dengan berbagai utusan dari beragam negara dan agama. Raja ingin menpelajari beragam agama. Dia meminta Portugis untuk mengirimkan pendeta Katolik. Sedangkan ke Aceh, sang raja meminta dikirimkan ulama yang paling alim dari Aceh
Portugis lambat merespon. Namun Aceh di bawah kekuasaan Sultan Sidi al-Mukammil bergerak cepat. Dikirimlah Khatib Tunggal yang berasal dari Minangkabau ke Gowa Tallo. Lalu masyarakat Gowa Tallo memanggilnya dengan gelar Datuk Ri Bandang. Bagaimana kisah tibanya Datuk Ri Bandang ke Gowa Tallo?
Seperti yang dijelaskan dalam banyak historiografi tradisional, semisal Lontara Patturio Loangan Tri Tugowaya, Raja Tallo yang menjabat Mangkubumi kerajaan Gowa, Mallingkaang Daeng Mannyonri, dikabarkan telah memeluk Islam setelah diislamkan oleh Dato Ri Bandang.
Setelah Dato Ri Bandang tiba di pelabuhan Gowa-Tallo, beliau berdiam di Ujung Kampung Pamatoang hingga pertengahan abad 16. Setelah itu Dato Ri Bandang mengajak raja Gowa Tallo untuk beralih menjadi Muslim.
Mengacu pada tradisi lisan yang hidup di tengah Muslim Makasar. Islamisasi di Makassar bermula ketika Dato Ri Bandang tiba di Pelabuhan Tallo dengan menumpang perahu ajaib. Setibanya di pantai, ia melaksanakan shalat yang mengherankan rakyat setempat. Setelah itu, ia menyampaikan keinginannya untuk menghadap raja.
Mendengar kedatangan orang ajaib itu, Raja Tallo bergegas ke pantai. Di tengah perjalanan ke pantai, di depan pintu depan gerbang halaman Istana Tallo, baginda bertemu dengan seorang tua yang menanyakan tujuan perjalanan baginda. Orang itu menuliskan sesuatu di atas kuku ibu jari raja Tallo dan mengirimkan salam kepada orang ajaib yang ada di pantai.
Sewaktu Dato Ri Bandang diberi tahu tentang pertemuan raja dengan orang tua itu, ia melihat bahwa yang tertulis di atas kuku ibu jari Raja Tallo adalah surah Al-Fatihah. Dato Ri Bandang menyatakan bahwa orang tua yang ditemui adalah penjelmaan Rasulullah saw. Orang Makasar menamakan penjelmaan Rasulullah saw adalah "Makkasaraki Nabi Muhammad saw.
Sebagian orang Makasar menafsirkan kalimat itu sebagai asal usul nama kota Makassar. Maka setelah bertemu dengan Dato Ri Bandan, baginda memeluk Islam dan menyebarkan ke semua orang Makasar.
Sedangkan Buya Hamka menghimpun dongeng yang tersebar di rakyat Makasar, bahwa raja Gowa yang belum beragama bermimpi bertemu Rasulullah saw di tepi pantai Makasar sebelum menyatakan keislamannya.
Dato Ri Bandang memegang peranan dalam mengajarkan Islam. Sampai sekarang, apa yang dianggap sebagai tempat pertemuan raja Tallo dengan penjelmaan Nabi Muhammad masih ada, dan dijadikan tempat keramat dan diziarahi. Begitupun makam Dato Ri Bandang di kota Makassar masih terpelihara dengan baik.
Sumber:
Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia, Jajat Burhanuddin, kencana
Sejarah Umat Islam, Buya Hamka, GIP
0 komentar: