Waktu Pembatas Kehidupan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Tanpa waktu kita tidak bisa berpacu. Waktu itu kesempatan dan pembatas. Bukankah para pendurhaka minta diberi waktu? Bukankah yang lalai minta waktu diulang?
Harta hilang bisa dikembalikan. Kekuasaan terrampas bisa direbut kembali. Kesehatan hilang bisa diperbaiki. Waktu yang terlewat, apakah bisa dikembalikan walau sedetik? Tak ada ilmu yang bisa mengembalikannya. Tak ada teknologi yang bisa mewujudkannya. Yang ada hanya khayalan dan angan. Namun angan masa lalu adalah kesia-siaan.
Harta, kekuasaan, kesehatan bisa kembali hanya dengan waktu. Semua mimpi dan cita-cita hanya bisa diwujudkan hanya dengan waktu. Waktu lebih berguna dan paling berharga dari apapun yang ada di jagat raya ini.
Sebelum Allah membatasi waktu kita, maka batasilah oleh diri sendiri. Abdullah bin Umar berkata, "Jangan berharap sore hari, bila memasuki pagi hari. Jangan berharap menemui pagi hari, bila berada di sore hari." Membatasi hidup hanya untuk hari ini saja. Membatasi hidup hanya rentang waktu tertentu saja.
Umar bin Abdul Aziz ditegur oleh anaknya Abdullah. Saat sang khalifah ingin menunda urusan kenegaraan esok hari karena sudah sangat kelelahan. Namun sang anak mengingatkan, 'Adakah yakin besok umur masih ada?" Umar Bin Abdul Aziz tertegun, lalu melanjutkan tugas kenegaraannya. Hidup kita hanya untuk detik ini saja. Begitulah prinsip para pendahulu kita yang memimpin peradaban dunia ini.
Ibadah kita karena Allah yang memberikan waktu untuk membangun peradaban berkemanusiaan. Maksiat dan kelalaian kita karena Allah menunggu kita untuk bertaubat. Sampai kapan Allah memberikan kesempatan ini? Sampai kapan rahmat Allah terus tercurah?
Waktu itu bentuk kasih sayang Allah kepada yang bertakwa. Waktu itu bentuk kesabaran Allah terhadap prilaku kafirin, munafikin, zalimin, pelaku maksiat dan kemungkaran. Merasakankah? Sadarkah nikmat ini?
Alasan waktu sudah cukup menjadi alasan untuk kembali pada Allah. Sudah cukup menjadi alasan untuk merendahkan diri pada Allah. Sudah cukup menjadi alasan untuk memperbaiki ketaatan pada Allah. Bila belum bisa, hatimu terbuat dari apa? Batukah? Tak bisa merasakan hal dahsyat ini? Terkuncikah? Tak mampu membaca sinyal ini?
Kehidupan ini masih berdenyut, roda kehidupan terus berputar, nafas ini terus berhembus, nikmat ini terus dinikmati karena Allah masih memberikan waktu. Untuk apa waktu kita?
0 komentar: