Saat Shalahuddin Terkepung Selama 2 Tahun
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Di kota Akka, raja Perancis, Inggris, Jerman, dan seluruh kekuatan Eropa mengepung Shalahuddin selama 2 tahun. Bagaimana rasanya dikepung selama 2 tahun ? Siapakah yang sanggup bertahan dikepung selama itu ? Apa yang membuat mereka kuat ?
Di kota ini, perbekalan muslimin habis, semangat bertempur melemah, persenjataan musuh lebih modern, dana peperangan tak ada lagi, bala bantuan tak juga datang, dan banyak tentara yang mengajukan cuti. Dalam kondisi ini apalagi yang bisa dilakukan seorang Sholahuddin ?
Dalam kegelisahan, dia mengirim surat pada Qadhi Al-Fadhil. Penasihatnya juga seorang ulama robbani. Apa jawaban sang Ulama ?
"Janganlah tuan tidak senang pada lamanya ujian dihadapan musuh, karena pahalanya juga lebih banyak. Amalan baik akan bertambah. Pengaruhnya pada umat Islam akan terus mengalir.
Agama ini tidak pernah menang dengan jumlah dan banyaknya harta. Allah hanya memilih orang yang punya keinginan. Sebaik-baiknya orang yang datang kemudian adalah yang mengikuti kaum Salaf.
Cara ini menghilangkan krisis yang parah, kesulitan demi kesulitan akan hilang. Allah akan mendengarkan ke telinga kita berita yang menyenangkan hati. Musibah yang sulit akan meninggalkan Islam.
Kita datang karena diri kita sendiri. Kalaulah kita mengamalkan perintah-Nya pastilah kita akan menerima balasan amal kita dan Allah tidak akan menyiksa kita dengan musuh kita.
Jangan menunggu prajurit bertambah, jangan tunggu harta datang, jangan tunggu si fulan yang kamu yakini dia akan ikut, jangan tunggu si fulan memberikan masukan. Hanya kepada Allah tempat berharap. Semua aktifitas yang tidak berpegang kepada Allah, tidak akan menang. Kita tak bisa menjamin bahwa Allah akan mewakilkan kemenangan kepada kita. Mohon ampunlah pada Allah.
Prajurit kita tidak mengeluh, segala puji bagi Allah yang menjauhkan kita dari kelemahan. Mereka hanya gelisah. Kekuatan manusia ada batasnya. Takdir Allah punya tujuannya sendiri.
Anda tidak akan mendapatkan bantuan Muslimin seluruhnya tanpa menyerukan mereka untuk berjihad. Tapi dengan menyerukan jihad karena Allah, sama sepert kamu memanggil diri mu sendiri. Dengan hanya menawarkan surga kepada mereka, seakan akan kamu ingin memonopoli surga itu hanya untuk diri sendiri tanpa mereka.
Jika kamu terkena muslihat dalam membela agama Allah, jangan merasa lemah dan kecewa. Allah Maha Tahu dalam urusan-Nya. Jika kita berupaya menanggung kesusahan dengan penuh persiapan bersama takdirNya. Tuanku, dengan kekuasaan Allah, akan lebih kokoh.
Para raja berperang dengan ambisinya. Sedang Tuanku berperang dengan imam kepadaNya. Apabila Allah melihat hati Tuanku, niscaya Allah tidak akan menemukan kepercayaan mengemban jihad ini selain Tuanku.
Kita tidak bergantung dengan kekuatan, selain kekuatan Allah. Disana ada jalan keluar, keringanan yang telah dijanjikan. Jangan berputus asa pada rahmat Allah. Jangan katakan,"Kapan pertolongan Allah datang?" Tapi hendaknya Tuanku bersabar, karena kita diciptakan untuk bersabar. Bahkan kita diciptakan untuk bersyukur. Bersyukur pada kondisi bersabar itulah tingkatkan syukur yang paling tinggi.
Cukuplah lidah pedang yang merah ini memohon ampunan dalam jihad. Cukuplah suara pertempuran mengetuk pintu pintu surga.
Posisi mu berada dimata Allah. Diam dan bergerakmu di jalan Allah. Kebahagiaan karena kaki berdebu di jalanNya."
Disaat keresahan memuncak, surat dari ulama Rabani inilah yang merubah kelemahan jiwa sang pahlawan perang Salib kembali mengaung membahana menggetarkan musuh dan memompa para mujahidin.
Setelah kemenangan diraih, Shalahuddin berkata,"Bukanlah aku yang menaklukan negri dengan pedang ku, tapi aku ditaklukkan oleh pena Qadhi Al-Fadhil."
*) Shalahuddin Al Ayubi, Muhammad Ash Shalabi, Pustaka Al Kautsar September 2015.
0 komentar: