Saat Kelaparan, Diserahkan Seluruh Hartanya
Ibrahim bin Adham seorang sufi. Hidupnya dipenuhi pengembaraan terhadap ilmu. Dia meninggalkan seluruh kekayaan dan jabatan tertinggi di Khurasan. Dia memilih menjadi rakyat jelata dengan pakaian alakadarnya. Salah satu profesi Ibrahim bin Adham yang kadang digeluti ialah menjadi buruh tani biasa.
Sehabis mendapatkan upah bekerja. Ibrahim bin Adham dan muridnya mendatangi tukang cukur dan bekam. Sang tukang cukur merendahkannya dengan berkata, "Di dunia ini, tidak ada orang yang lebih saya benci daripada kalian berdua. Tidak ada yang mau melayani kalian selain saya."
Ibrahim bin Adham mendapatkan giliran terakhir. Ibrahim bin Adham membayarkan tukang cukur tersebut dengan nilai 20 dinar. Seluruh upahnya diberikan kepada tukang cukur tersebut. Sang tukang cukur terperangah, orang yang direndahkan tetapi membayarnya dengan sangat tinggi.
Murid Ibrahim bin Adham menanyakan sebab mengapa membayar upah tukang cukur sangat tinggi. Dijawanya, Agar orang itu tidak lagi meremehkan orang miskin."
Uang Ibrahim bin Adham habis untuk membayar tukang cukur tersebut. Saat perbekalan habis, maka Ibrahim bin Adham menyuruh muridnya untuk menjual bukunya, lalu uangnya digunakan untuk membeli makanan.
Muridnya pergi ke pasar. Di tengah perjalanan ada seorang pelayan yang mengendarai kereta kuda yang mengangkut berpeti-peti uang. Sang pelayan mencari orang yang bernama Ibrahim bin Adham. Sang murid mengantarkan pelayan tersebut ke Ibrahim bin Adham.
Betapa harunya sang pelayan saat bertemu tuannya, "Tuanku, mengapa engkau meninggalkan kehormatan di Khurasan, lalu memilih hidup seperti ini?" Ibrahim bin Adham tak menjawab, justru bertanya, "Mengapa datang ke sini?" Pelayan menjawab, "Syeikh wafat."
Ibrahim bin Adham berkata, "Kematian syeikh membuatmu datang dengan membawa semua apa yang dibawa. Apa yang engkau inginkan?" Pelayannya menjawab, "Menyerahkan sisa harta yang tertinggal, karena seluruh harta lainnya sudah dibawa kabur oleh pelayan yang lainnya."
Ibrahim bin Adham lalu menyerang seluruh harta tersebut pada pelayannya. Tak ada sedikitpun yang disisakan untuknya. Setelah mempersilahkan pelayannya pergi, Ibrahim bin Adham menoleh ke muridnya dan berkata, "Ada apa denganmu? Cepat gadaikan buku-buku itu, kemudian belikan sesuatu yang bisa kita makan."
Sumber:
Uyun al-hikayah min qhisas ash shalihin wa Nawadir Az-Zahidin karya Imam Ibnul Jauzy
0 komentar: