Mengenal Allah, Mengenal Diri
Diriwayatkan, Nabi Dawud as. diberi wahyu Allah Ta'ala, "Hai Dawud! Kenalilah Aku, dan kenalilah dirimu!" Lalu Dawud as. bertafakur, hingga berkata, "Oh Tuhanku, aku telah mengenal-Mu, melalui Maha Tunggal-Mu, Maha Kuasa, Maha Baqa-Mu, dan aku mengenal diriku dengan segala kelemahan dan fana-ku."
Allah Ta'ala berfirman: "Sekarang engkau telah ma'rifat kepadaku." Dalam hadits disebutkan, "Bila kalian mengenal Allah dengan ma'rifat yang benar, niscaya engkau akan diberi pengetahuan yang membuat dirimu tidak pernah bodoh selamanya, dan bukit-bukit pun senantiasa mengamini doa-doamu."
Imam Ja'far ash-Shodiq ra. berkata, "Seseorang tidak meraih ma'rifat yang hakiki sepanjang ia masih memandang selain Dia."
"Ma'rifat itu adalah terbangnya qalbu ke kemah-kemah kemesraan dan cinta. Hentakan perjalanan menembus hijab Keagungan dan Qudrat-Nya."
Inilah perilaku orang yang kedua telinganya tuli dari segala kebatilan, dan kedua matanya buta dari memandang segala syahwat kesenangan, dan lisannya bisu dari berucap segala yang kotor.
Abu Yazid al-Bisthami ditanya, "Apakah anda melihat makhluk?"
"Bersama Allah Ta'ala aku melihat mereka." Jawabnya.
Muhamamd bin Wasi' ra. ditanya, "Apakah kamu sudah kenal Tuhanmu?" la diam sejenak, lalu berkata, "Siapa yang mengenal Allah Ta'ala sedikit bicaranya, panjang berfikirnya, fana dari rupa amaliyahnya, la berdzikir dalam kesinambungan pada-Nya, dalam segala kondisi senantiasa mendekat pada-Nya, dan putus dari segala kondisi ruhani untuk menuju Sang Pemilik Anugerah Ruhani. Karena siapa yang mengenal Allah Swt. lisannya kelu, akalnya cerdas.
Sebagian Sufi menegaskan, ma'rifat ada dua bagian: Pertama: Mengenal bahwa semua nikmat itu dari Allah Swt. sebagaimana firmanNya: "Apa pun nikmat yang datang padamu, semuanya dari Allah." Hingga sang 'arif hanya teguh bersyukur, lalu nikmat itu semakin tambah dari Allah Swt. "Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambah nikmat padamu," " dalam firmanNya.
Kedua: Memandang Sang Pemberi Nikmat tanpa melihat nikmatNya, hingga rindunya bertambah kepada Sang Pemberi Nikmat, hingga ia teguh dengan rindu dan cintanya, itulah firman Allah Ta'ala:
"Wahai Nabi cukuplah bagimu, Allah..."
"Bila mereka berpaling, maka katakanlah: Cukuplah bagiku, Allah."
Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y
0 komentar: