Mengapa Hidup Tak Bisa Diulang?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Cermin diri, lihatlah bagaimana cara mengelola waktu. Apa yang dilakukan? Apa yang difokuskan? Bersama siapa? Apa yang dominan? Bila ingin memperbaiki diri dan hidup, mulailah dengan memperbaiki bagaimana interaksi kita dengan waktu.
Waktu hanya datang sekali. Takkan berulang. Takkan kembali. Bila yang sekali saja tak bisa dikelola? Bila yang sekali saja disiakan? Bila yang sekali saja tak merasa penting untuk dimanfaatkan? Maka selama hidupnya takkan bisa memanfaatkan apa pun. Oleh karena itulah Allah tidak mengembalikan orang zalim yang ingin kembali ke dunia dengan alasan untuk memperbaiki diri. Karena ketika kembali, mereka akan melakukan hal yang sama.
Mengapa hidup hanya sekali? Mengapa kesempatan hidup hanya sekali? Mengulangi dan memperbaiki dalam ilmu Quality Management adalah biaya yang sia-sia, non value added activity. Semestinya banyak hal yang bisa dilakukan daripada membuang waktu hanya untuk memperbaiki.
Bagaimana kehidupan orang sehabis dari penjara? Berapa yang sadar total? Berapa yang terus mengulangi? Bagaimana orang setelah di hukum? Berapa banyak yang mengulanginya lagi? Pengulangan sering tak bisa memperbaiki. Maka hanya ada satu kesempatan saja.
Satu kesempatan saja. Satu kehidupan saja. Bukankah manusia diberikan waktu detik per detik, menit per menit, jam per jam, hari per hari, tahun per tahun? Bila rangkaian waktu ini tak bisa menyadarkan, apakah masih perlu pengulangan hidup di dunia yang lain? Bukankah Allah membuka pintu taubat setiap saat? Bukankah setiap kebaikan menghapus keburukan? Bukankah kebaikan selalu dilipatgandakan balasannya?
Kita tak butuh hidup yang lama. Kita tak butuh umur yang panjang. Kita tak butuh pengulangan hidup. Lihatlah bayi yang wafat, hidup sebentar tapi bisa meraih surga dan memberikan syafaat pada orang tuanya?
Bersegeralah kepada ampunan Allah. Bersegeralah kembali kepada Allah. Rutin meneliti interaksi kita dengan waktu. Rutin membuat rencana waktu dan mengevaluasinya. Rutin menghukum diri atas kelalaian kita. Itulah manajemen diri ala imam Al Ghazali.
0 komentar: