Pemilik hari pembalasan (1:4)
Hari Pembalasan, hari waktu manusia menerima pembalasan amalnya, baik atau buruk.
Tafsir Fi Zhilalil Qur'an:
Ayat ini menggambarkan keseluruhan besar yang mendalam pengaruhnya bagi kehidupan seluruh manusia, yaitu kepercayaan global terhadap akhirat. "Malik" adalah puncak tingkat kekuasaan. dan "Yaumiddin" adalah hari pembalasan di akhirat.
Banyak manusia yang mengakui Uluhiyah 'ketuhanan' Allah dan penciptaan-Nya terhadap alam, tetapi mereka tidak percaya pada hari pembalasan. Percaya pada hari kiamat merupakan salah satu dari keseluruhan akidah Islam yang bernilai di dalam menghubungkan pandangan dan hati manusia dengan alam lain di luar alam dunia.
Karena itulah mereka tidak dikekang oleh kepentingan duniawi, dan pada waktu itu mereka mereka memiliki kedudukan tinggi di atas kepentingan itu. Mereka juga tidak dikekang oleh keguncangan hati untuk mendapatkan pembalasan atas usahanya pada masa hidupnya yang pendek dan terbatas ini belahan bumi yang terbatas pula.
Pada waktu itu, ia menguasai amal untuk mencari ridha Allah dan menantikan pembalasan yang ditentukan Allah dengan hati yang tentram kepada Allah, percaya kepada kebaikan, dan terus berpegang pada kebenaran, dalam kelapangan, toleransi dan keyakinan.
Karena itu, akidah menyeluruh ini dianggap sebagai persimpangan jalan antara ubudiyah kepada kepentingan dan keinginan dengan dengan kebebasan yang layak bagi anak manusia, antara ketundukan terhadap ide-ide duniawi dan nilai-nilainya serta timbangannya dengan kebergantungan kepada nilai Rabbaniyah yang jauh mengungguli logika jahiliyah.
Persimpangan jalan antara kemanusiaan dengan hakikatnya yang tinggi yang dikehendaki Allah bagi hamba-hamba-Nya, dan pemikiran kotor, menyimpang yang tidak akan mencapai kesempurnaan.
Dan, kehidupan manusia tidak akan konsisten di atas manhaj Allah yang tinggi kalau aqidah kulliyah 'yang menyeluruh' ini tidak terwujud di dalam pikiran manusia, dan kalau hati mereka tidak mantap bahwa pembalasan mereka di muka bumi bukan bagian akhir bagi mereka, dan selama manusia yang terbatas umurnya ini tidak percaya bahwa ia akan hidup di alam lain yang layak ia berjuang untuknya dan berkorban membela kebenaran dan kebajikan karena ingin mendapatkan imbalannya di alam akhirat nanti.
Dan, tidaklah sama orang-orang yang beriman kepada akhirat dengan orang-orang yang mengingkarinya, baik perasaan, akhlak, perilaku maupun amal tindakannya. Mereka adalah dua golongan yang berbeda akhlaknya dan dua tabiat yang berbeda dan tak akan bertemu di muka bumi dalam satu amalan, dan tidak akan bertemu di akhirat dalam pembalasannya. Inilah persimpangan jalannya.
0 komentar: