Buya Hamka: Keutamaan Budi Yang Baik
Buku Akhlakul Karimah
Allah SWT telah berfirman dalam memuji Nabi-Nya dengan menyatakan nikmat yang telah dilimpahkan ke padanya,
وإنك لعلى خلق عظيم
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur." *(al-Qalam: 4)*
Siti Aisyah r.a. pernah berkata, "Budi pekerti Rasulullah saw. ialah Al-Qur'an." Rasulullah saw. pernah bersabda,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاقي
"Aku diutus Allah hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan budi pekerti." *(HR al-Baihaqi)*
Di dalam sabda lain ditegaskan, "Agama itu adalah budi pekerti yang baik. Budi pekerti baik itu tidak pemarah."
Sabda beliau saw. pula, "Takutlah kepada Allah di mana pun engkau berada, ikutilah amalan-amalanmu yang jahat-dahulunya-dengan kebaikan supaya dapat dihapuskan kejahatan itu oleh kebaikan. Dan hendaklah kalian berbudi kepada manusia dengan budi pekerti yang baik."
Pernah seorang berkata kepada Rasulullah saw. "Ya Rasulullah, si Fulanah yang perempuan itu setiap hari berpuasa, Tahajjud tiap malam, tetapi ia kasar budi dan suka mengganggu tetangganya dengan lidahnya,"
Bersabda Rasulullah saw., "Tidak ada kebaikan pada perempuan itu, sebenarnya dia ahli neraka." Rasulullah saw. juga bersabda,
إن الله استخلص هذا الدين لنفسه ولا يصلح لدينكم إلا الشحاً وحسن الخلق ألا قرينوا دينكم بهما
"Sesungguhnya Allah Ta'aala telah membersihkan agama ini untuk-Nya sendiri (artinya jangan kita beragama karena yang lain). Dan tidaklah akan baik agama kamu melainkan dengan sifat pemurah (dermawan) dan budi pekerti yang baik. Perhiasilah agamamu dengan kedua si fat itu." *(HR Abu Nu'aim)*
Seorang bertanya kepada Rasulullah saw., "Di antara orang-orang Mukmin itu, siapakah yang paling utama imannya?" Jawab Rasulullah saw., "Yang baik budi pe kertinya."
Bersabda pula beliau saw.,
إنكم لن تسعوا الناس بأموالكم فسعوهم ببسط الوجه وحسن الخلق
"Sesungguhnya kamu tidaklah akan dapat bergaul di antara manusia lantaran pengaruh hartamu. Sebab itu bergaullah di antara mereka dengan muka jernih dan budi mulia."
*(HR al-Bazzar)*
Bersabda pula Rasulullah saw., "Hai Abu Dzar, tidak ada akal yang lebih dari takdir, tidak ada kemuliaan turunan yang melebihi baik perangai."
Hassan berkata, "Barangsiapa yang jahat perangainya, dia menyiksa dirinya sendiri."
Wahab berkata, "Perumpamaan budi pekerti yang jahat seumpama belanga pecah, ditambal tak bisa, kembali menjadi tanah pun tak dapat lagi."
Al-Fudhail bin Iyad berkata, "Bahwasanya berteman dengan seorang yang fajir, tetapi baik budi pekertinya itu lebih aku sukai daripada berteman dengan seorang yang kuat beribadah, tetapi jahat perangainya."
Ketahuilah olehmu, bahwasanya budi pekerti itu telah dibagi-bagi oleh ulama salaf pada dua bagian, yaitu buah dan tujuan (tsamarah dan ghaayah).
Hasan al-Bashri r.a. telah berkata, "Kebaikan budi pekerti ialah jernih muka, mudah pergaulan, dan menahan hati dari menganiaya."
Al-Washithi berkata, "Yaitu tidak berkesumat (bermusuhan) dengan orang lain dan tidak pula dikesumati oleh orang karena sangat makrifatnya kepada Allah SWT.
Kata beliau lagi, "Ridha ialah menerima nasib di waktu senang dan di waktu susah." Kata lain dari itu, tetapi isi nya hampir sama saja, yaitu buah dari kebaikan perangai.
0 komentar: