Pohon Makrifat
Buku: Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y
Ma'rifat itu ibarat pohon yang sedang ditanam oleh sang raja dalam kebunnya, begitu mahal intisarinya, begitu rindang penuh buah cabang-cabangnya, begitu manis buah-buahnya, begitu ranum hijau dedaunannya, begitu tinggi pohonnya.
Indah tanahnya, segar airnya, wangi aromanya, dan pemiliknya sangat dermawan karena kemuliannya, dan bahagia karena elok bunga-bunganya. Pohon indah yang bisa menolak segala bencana dan menghadang segala cobaan.
Begitu pula pohon Ma'rifat, yang ditanam oleh Allah Swt. dalam ladang qalbu hamba-Nya yang beriman, Allah Swt. senantiasa menyiapkannya dengan kemuliaan-Nya dan setiap saat dikirimkan awan hujan anugerah dari perbendaharaan rahmat, lalu meneteslah tetesan hujan kemuliaan melaui petir Qudrat dan kilatan-kilatan kehendak-Nya, agar hati hamba bersih dari kotoran-kotoran pandangan terhadap prestasi ubudiyah.
Lalu Allah Swt. mengirimkan indahnya kelembutan kasih sayang dari tirai pertolongan-Nya agar seseorang sempurna kewaliannya melalui perlindungan dan penjagaan jiwanya.
Sang 'arif selamanya thawaf dengan batinnya, di bawah lindungan pohon ma'rifat, mencium aromanya, dan memangkasnya dengan pemangkas adab, agar pohon itu selamat dari penyakit dan virus-virus yang merusaknya.
Bila begitu lama batin sang 'arif ada di bawahnya, dan terus menerus ia memutarinya, ia ingin menikmati buah-buahnya, lalu tangan sucinya menjulur, lalu memetiknya dan dengan wadah kemuliaan, lalu dimakannya dengan mulut kerinduan, sampai ia terhangatkan oleh api kemabukan, lalu ia memukul mukulkan tangan dihamparan anugerah hingga sampai kelautan cinta, kemudian ia meminum seteguk yang membuatnya linglung dari segala hal selain Allah Ta'ala.
Mabuk yang tak bisa sadar kecuali karena upaya memohon pertolongan. Kemudian ia terbang dengan sayap-sayap cinta, menembus alam yang tak pernah bisa dipahami oleh imajinasi para makhluk.
Al-Wasithy pernah ditanya, "Makanan apa yang paling menarik anda?"
"Sesuap dari dzikrullah, yang dihidangkan dengan tangan yaqin, dari hidangan makanan keabadian, ketika sedang husnudzon kepada Allah Ta'ala." jawabnya.
An-Nasaaj ra. berkata, "Kebanyakan penghuni dunia keluar dari dunia, sementara mereka belum merasakan keindahan yang dituju."
"Keindahan apakah itu?"
"Kebahagiaan ma'rifat, manisnya anugerah, kenikmatan qurbah, dan kemesraan cinta," jawabnya.
Muhammad bin wasi' ra. mengatakan, "Sungguh, bagi orang yang dimuliakan Allah Ta'ala dengan ma'rifat kepadaNya, agar tidak menghinakan diri kepada selain Dia. Dan sungguh, bagi orang yang dilimpahi wilayah ruhani kewalian oleh Allah Ta'ala, hendaknya teguh menapaki hak dari-Nya, dan sungguh, bagi orang yang dimuliakan Allah Ta'ala dengan berdekatan pada-Nya, agar tidak berpaling kepada selain-Nya, dan tidak beramal dengan hawa nafsunya."
Abu Yazid al-Bisthamy ra. berkata, "Sesungguhnya di malam hari ada minuman bagi kaum 'arifin. ketika hatinya terbang bersama-Nya karena cinta dan rindu kepadaNya. Hanya saja pandangan mereka tetap kepada-Nya, bukan pada yang lain. Mereka pergi dengan kebeningan dunia dan akhirat. Oh, Tuhan. Tambahilah dari-Mu."
0 komentar: