Wakaf dan Kemerdekaan Indonesia
Jum’at bulan Ramadhan 1365 H, bertepatan dengan 17 Agustus 1945, dibacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setelah berjuang dan berkorban harta, tenaga, darah, hingga nyawa, dari Pahlawan Indonesia, bersama rakyat. Semoga mereka termasuk syuhada dihadapan Allah Ta'ala.
Adalah Faradj bin Said bin Awadh Martak (1897-1962), seorang saudagar dermawan keturunan Arab-Indonesia. Dia mewakafkan sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 kepada Presiden Soekarno untuk digunakan pada momen penting Bangsa Indonesia. Di rumah itulah Fatmawati menjahit sendiri Bendera Merah Putih pada malam sebelum proklamasi. Esoknya, 17 Agustus 1945. Rumah tersebut dijadikan tempat dibacakannya naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, disertai pengibaran Sang Saka Merah Putih.
Dakota RI-001 Seulawah, pesawat pertama milik Pemerintah Indonesia. Presiden Pertama RI, Ir Soekarno, menambahkan kata “Seulawah” karena pesawat ini adalah wakaf dari rakyat Aceh pada 1948. Saat itu Belanda belum sepenuhnya pergi. Indonesia butuh pesawat. Soekarno berkeliling, ditemani Gubernur Aceh, "membakar" semangat rakyat untuk menyumbang. Dibantu ulama Aceh yang sangat disegani, Abu Sabang, serta Panitia Juned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsyi. Dalam waktu dua hari berhasil terkumpul dana sebanyak 130.000 Straits Dollar, dari rakyat yang rela menjual tanah dan harta lainnya.
Pesawat Avro Ansor RI-003 juga merupakan Wakaf, dibeli dari sumbangan emas dari masyarakat Sumatera Barat dan Aceh, yang diinisiasi oleh Muhammad Hatta. Tahun 1947 adalah masa genting Indonesia, ditekan oleh Belanda pada agresi militer 1. Rakyat bergerak, menyumbangkan gelang, kalung, anting, bahkan cincin nikah, hingga terkumpul 14 kg. Pesawat dibeli seharga 12 kg emas. Dan kita berhasil menembus blokade penjajah melalui jalur udara.
Monumen Nasional atau yang dikenal dengan Monas mulai dibangun pada 17 Agustus 1961. Adalah Teuku Markam saudagar asal Aceh kerurunan Uleebalang, mewakafkan emas sebanyak 28 kilogram dari total 38 kilogram emas yang berada di puncak Monas. Tidak hanya itu, beliau juga ikut andil dalam pembebaskan lahan Senayan yang sekarang menjadi pusat untuk olaharaga nasional.
Kompleks Parlemen (disebut juga Gedung MPR/DPR/DPD) yang didirikan pada 8 Maret 1965. Gedung Parlemen RI ini berdiri di atas lahan wakaf bekas lembaga pendidikan Islam yakni Madrasah Islamiyah asuhan KH. Abdul Manaf, yang merupakan cikal bakal lahirnya Pondok Pesantren Darunnajah.
Kemerdekaan Bangsa Indonesia, momen sangat penting itu, tak bisa dipisahkan dengan wakaf, dan kontribusi ummat Islam. Anak-anak bangsa yang mencintai bangsanya, tempat seluruh rakyatnya hidup, lahir, besar, hingga mati di sini, Indonesia, Tanah Air Beta. Maka tak usah ragu dengan komitmen cinta dan pembelaan ummat Islam, di negeri ini, Indonesia.
0 komentar: