Titik Kritis Kekayaan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Di titik mana keterpedayaan sering menerjang? Kekikiran dan kesombongan, terbentuk saat sebelum atau setelah meraih kekayaan? Kerusakan jiwa dan lupa diri sering mulai menerpa di titik mana? Ini yang harus dicermati agar kekayaan dan kesuksesan tetap langgeng.
Dalam Al-Qur'an terdapat kisah pemilik kebun. Fragmen ceritanya dimulai saat kebun sudah panen. Ada dialog, bagaimana agar panennya tidak diketahui oleh fakir miskin? Bagaimana agar mereka tak bisa memasuki kebun? Dirancanglah, memanennya dilakukan di pagi yang buta. Apa yang terjadi? Buahnya rusak. Mereka pun menyesal dan beristghfar.
Kisah Qarun dimulai darimana? Hanya sedikit kisah memuat upaya dalam meraih kekayaan. Ceritanya lebih banyak sikapnya setelah meraih kekayaan yang luar biasa. Kisah tentang kunci gudangnya harus ditarik dan digotong oleh kendaraan dan orang yang kuat. Kisah memamerkan kekayaan dan upaya melemahkan dakwah Nabi Musa.
Perumpamaan dunia dalam Al-Qur'an dimulai dari gambaran padi yang menguning lalu mati. Mengapa tidak banyak yang berkisah proses penanamannya? Kisah Namrudz dan Fir'aun tidak dikisahkan bagaimana cara mereka meraih kekuasaan, tetapi lebih banyak kisah kezaliman saat berkuasa.
Dalam kitab Zuhud imam Ahmad bin Hambali lebih banyak kisah para Sahabat dan ulama salaf dalam menginfakkan hartanya. Mengapa tak banyak kisah meraih kekayaan? Nasihat meraih kekayaan hanya soal kehalalan, kejujuran dan amanah. Namun cara mengelola kekayaan dibimbing soal kehalalan, kematang akal dan raga, tidak mubazir, tidak berlebihan, tidak kesia-siaan, zakat, shadaqah, dan tidak berputar dikalang terbatas. Apa artinya?
Banyak yang terhempas setelah meraih kekayaan. Yang sukses meraih kekayaan dengan halal dan baik, namun belum benar dan halal dalam pemanfaatan dan pengelolaannya. Itulah penyebab mengapa kekayaan dan kesuksesan terus bergulir.
Yang meraih kekayaan dengan keharaman dan kezaliman, maka akan pasti hancur saat pemanfaatannya. Yang meraih dengan kehalalan dan berdisiplin dengan syariat-Nya berpotensi jatuh juga pada keharaman dan kezaliman dalam pengelolaannya. Inilah titik kritik kekayaan.
0 komentar: