Titik Akhir Ilmu
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Bagaimana mengejar ketertinggalan? Mulai dari yang akhir, berakhir di awal. Itulah kiat BJ Habibie dalam mendesain Indonesia menuju kepemimpinan teknologi di Indonesia. Steven Covey pun dalam bukunya 7th Habit mengatakan bahwa budaya manusia yang sangat efektif adalah prinsip hidupnya yang mulai dari yang akhir.
Mengapa sangat efektif? Tertuju pada target, obsesi dan cita-cita. Bila ini sangat jelas maka jalan-jalan menujunya akan tercipta dan terbuka dengan sendirinya. Akal akan tergerak dengan sendirinya. Semangat akan bangkit otomatis. Fokus pada akhir merupakan energi penggerak dan pembuka jalan.
Imam Al-Ghazali menuturkan bahwa ujung semua ilmu adalah makrifatullah. Buya Hamka mengatakan bahwa bila seseorang atheis mempelajari ilmu, dan dia bertujuan untuk mengokohkan keatheisannya, maka ilmunya akan memaksanya menuju pada keyakinan kepada Tuhan. Allah dan keimanan adalah akhir semua ilmu.
Mengapa Rukun Iman dijadikan pondasi dasar dalam berislam? Mengapa Al-Fatihah menjadi pembuka dalam Al-Qur'an? Mengapa bismillah menjadi awal kalimat dalam Al-Qur'an? Mengapa awal surat Al-Baqarah berkaitan dengan ketidakraguan dan keyakinan pada yang ghaib? Karena itulah akhir dari semua ilmu pengetahuan dan akal manusia. Yang rahasia tak pernah berujung. Yang ghaib tak pernah terbongkar walaupun manusia abadi hidup di muka bumi ini.
Jangan berlelah-lelah dengan yang wujud yang didalamnya terdapat hakikat kompleksitas yang tak terhingga. Jangan menguras energi dengan lautan rahasia, yang bila rahasianya diungkap akan menjadi ilmu pengetahuan maka seluruh air di lautan dijadikan tinta. Dan seluruh benda alam semesta dijadikan lembaran, maka takkan selesai menulis dan memahaminya. Padahal usia manusia sangat terbatas. Sekitar 60 tahun saja.
Maka agar usia manusia efektif, mulailah pada yang akhir. Mulailah dari ujung semua kehidupan ini. Mulailah dari ujung semua ilmu dan akal manusia yaitu keimanan. Yaitu Makrifatullah. Bila ujungnya sudah didapatkan, manusia hanya tinggal mengisi dan berkarya bagi kehidupan karena persoalan terhadap dirinya sudah tuntas. Tak ada lagi pertanyaan, Untuk apa hidup ini? Mengapa harus berkarya?
Mendalami kehidupan. Mengkaji kehidupan. Bergelut dengan ilmu, riset, dan teknologi hanya untuk menerapkan bagaimana kemudahan yang telah Allah sediakan di muka bumi ini digali dan diberdayakan. Agar tetek bengek kehidupan dilimpahkan kepada teknologi yang tersedia di alam. Sedangkan manusia fokus menyendiri bersamaan Allah.
0 komentar: