Sultan dan Penyebar Islam di Nusantara dari Juriyah Rasulullah saw
Saat kekhalifahan Abbasiyah, Juriyah (keturunan) Rasulullah saw banyak yang berpindah ke Yaman. Yang lebih banyak berkembang dari garis keturunan Husain bin Ali. Di Yaman mereka membangun pemerintah. Yang tidak duduk di pemerintah menjadi ulama yang berpengaruh.
Dari Yaman, khususnya Hadramaut, inilah Juriyah Rasulullah saw menyebar ke Afrika dan ada yang ke Nusantara melalui Persia dan India. Bilamana telah sampai di Nusantara, mereka pun mendapat kedudukan penting, baik sebagai penyebar Islam, sultan maupun ulama berpengaruh. Kita harus adil bahwa keturunan Rasulullah saw telah banyak yang berjasa dalam sejarah Nusantara.
Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, pelopor penyiaran Islam di Tanah Jawa yang berasal dari Persia dari keturunan Zainal Abidin dari jalur Husaini bin Ali. Tempat kedudukannya di Gresik. Ia mengajarkan Islam kepada muridnya di tempat itu. Murid-muridnya datang dari sejumlah daerah.
Sunan Gunung Jati yang dari Pasai merupakan keturunan Rasulullah saw. Disebut namanya Syarif Hidayatullah, Fatahillah atau nama lain yang menunjukkan kedudukannya sebagai bangsawan Quraisy. Dia berhasil membangun kerajaan Banten, Cirebon, pendiri kota Jakarta dan pengusir penjajahan Portugis di Nusantara. Oleh karena itulah, bangsawan Banten dan Cirebon tidak ragu lagi mengakui dirinya Juriyah Rasulullah saw.
Dalam catatan raja-raja Maluku, yaitu Tidore, Bacan, Ternate dan Jailolo, mereka keempatnya adalah keturunan dari empat saudara, putra Imam Jalal Shadiq, keturunan Rasulullah saw. Raja-raja Brunei pun, hingga sekarang berpegangan bahwa nenek moyang mereka adalah bangsa Arab keturunan Rasulullah saw dari Thaif Mekah yang bernama Syarif Ali yang dinikahkan dengan putri kerajaan Brunei. Mengingat penerus Sultan Brunei sebelumnya tidak ada laki-laki lagi, maka diangkatlah Syarif Ali sebagai raja Brunei. Saat beliau wafat digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Sulaiman.
Setelah raja-raja perempuan memerintahkan di Aceh empat kali, naiklah keluarga raja Aceh dari keturunan Sayid yaitu Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaludin pada 1699 - 1702 M. Begitu pun dengan Sultan Siak, Sri Inderapura, dari jalur keluarga Ba'alawi Ibnu Syahab. Sultan di Pontianak ialah dari keturunan Ba'alawi Al-Qadri.
Saat terjadi perang Padri, Sa'id Sulaiman Al-Jufri pernah menjadi utusan Imam Bonjol ketika berunding dengan residen militer Belanda di Padang. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Keturunan Syarif dari Mekkah, Sayid dari Hadramaut bahkan Sayidina Abu Bakar yang dari Malabar pun ikut andil bagi perkembangan Nusantara.
(Diringkas dari Buku Sejarah Umat Islam dan Di Tepi Sungai Dajlah karya Buya Hamka)
0 komentar: