Mengobati Ketercamukan Jiwa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Saat Hamka dijebloskan ke penjara dengan tuduhan penghianatan terhadap bangsa di era Soekarno. Tuduhan yang sangat menyakitkan. Membangun bangsa dibalas sebagai penghianat bangsa? Mungkin banyak yang merasakannya juga. Dalam suasana seperti ini, bisikan hati di penjara terus berkecamuk. Hamka mengisahkan bagaimana bisikan syetan berusaha memberdayakannya.
Syekh Abdul Qadir Jaelani mengisahkan bagaimana syetan muncul dengan tampilan cahaya. Berkata dengan suara tanpa wujud. Yang membebaskan sang Syekh dari beribadah kepada Allah karena telah mencapai maqam tertentu. Seorang ulama salaf saat sedang shalat, di dalam pakaiannya tiba-tiba terdapat ular yang merupakan perwujudan dari syetan untuk mengganggu kekhusyukannya.
Saat Imam Ahmad bin Hambal menghadapi sakratul maut, syetan datang menggodanya untuk menjerumuskan dari keimanan dengan embel-embel kemuliaan. Siapapun manusia. Tinggi atau rendah derajat manusia. Syetan terus merangsek masuk ke relung hati. Menghidupkan syahwat dengan hembusan kepalsuan.
Hamka diam sejenak menentramkan diri. Menjawab bisikan syetan dengan keimanan. Yang bisa melepaskan Hamka dari bisikan jebakan syetan adalah dengan membaca Al-Qur'an dan tulisannya sendiri, yaitu Tasawuf Modern. Hamka menghibur diri dengan tulisannya sendiri. Hamka mengokohkan dirinya dengan membaca tulisannya sendiri.
Sebaik-baiknya fatwa. Sebaik-baiknya nasihat itu yang bersumber dari hati kita sendiri. Hamka membaca kembali tulisannya untuk mengobati luka hatinya. Hamka membaca kembali nasihatnya yang sebelumnya ditujukan kepada orang lain, sekarang justru tertuju kepada dirinya sendiri. Tulisan singkatnya kelak mengilhamkan karya fenomenal yaitu Tafsir Al-Azhar.
Tulisan renungan harian sebenarnya upaya pengobatan dan penyembuhan jiwa sendiri. Saat beberapa orang bertanya kepada saya cara menjaga semangat. Saya jawab, "Dengan menulis renungan harian." Tulisan sendiri sebenarnya upaya diri membangun imunitas diri.
0 komentar: