Raja Hindu Nusantara, Yang Bermimpi Rasulullah saw dan Bertemu Keturunannya
Banyak kisah menarik di masyarakat tentang masuknya Islam di Nusantara. Ini diyakini sebagai kebenaran. Semua membuktikan bahwa penyebaran Islam sangat alamiah, mengakar dan berkesan.
Raja Gowa yang belum beragama bermimpi bertemu Rasulullah saw di tepi pantai Makasar sebelum menyatakan keislamannya. Di Kutai Tenggarong dikisahkan seorang Sayid, keturunan Rasulullah saw, dari Demak mengendarai ikan Todak, lalu mengajak masyarakat memeluk Islam.
Di Aceh, sebelum Pasai berdiri, seorang Permaisuri hendak pindah agama dari Hindu ke Islam. Saat akan menukar namanya dengan nama Islam, malamnya sang baginda bermimpi, besok akan tiba saat Ashar sebuah kapal dari Jedah, yang membawa seseorang yang membimbingnya ke dalam agama yang benar, dan akan menukar namanya dengan nama Nabi saw. Besoknya, datanglah yang ditunggu itu, yaitu Sayid Abdul Aziz dari Jeddah.
Dalam catatan sejarah raja Tidore yang belum beragama raja Cireli Lijatu memeluk agama Islam. Ditukar namanya menjadi sultan Jamaludin karena seruan syeikh dari Arab yang bernama Syeikh Mansur. Ini terjadi pada permulaan abad ke-16.
Sebab masuknya Islam ke Kalimantan, karena datangnya Syeikh dari Mekah yang bernama Syeikh Syamsuddin. Dia membawa hadiah Al-Qur'an dan cincin bermata akik Yamani. Baginda merasa mendapatkan kehormatan besar akan kedatangannya. Baginda dan rakyatnya pun memeluk Islam. Lalu, sang Baginda memakai gelar Sultan Muhammad Shafiuddin yang wafat pada 1677 M.
Di Nusa Tenggara, dahulu ada negri besar di antara Dompu dan Bima. Rajanya mengolok-olok seorang Sayid, keturunan Rasulullah saw, yang datang mengajarkan agama Islam. Dikecohnya sang Sayid sehingga termakan olehnya daging babi. Tidak berapa lama setelah sang Sayid meninggalkan tempat itu, meletuslah gunung Tambora dan habis musnahlah negeri itu tertimpa Lava.
Mana yang dongeng tetaplah dogeng, tetapi timbulnya dongeng karena adanya kenyataan, yang kelak mendorongnya menjadi dongeng. Semua membuktikan peranan orang Arab sangatlah besar. Snouck Hurgronje berusaha menghapusnya dengan membuat teori bahwa Islam di Nusantara dari India dan Persia.
Akhirnya, dia pun tidak bisa mengelak kenyataan ini bahwa pengaruh Arab atau Mekah atas kehidupan Islam di pulau-pulau Nusantara sangatlah kuat. Lebih kuat dari yang di Turki, Hindustan maupun Bukhara.
(Diringkas dari Buku Sejarah Umat Islam karya Buya Hamka)
0 komentar: