Puasa, Cara Praktis Cerdas Finansial
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(ChannelYoutube Dengerin Hati)
Kecerdasan finansial bukanlah tujuan, tetapi efek samping dari manajemen dan kematangan diri. Bukankah pengeluaran uang tergantung dari persepsi keinginan dan kebutuhan? Bukankah pengeluaran uang buah dari gaya hidup? Mereka yang tak bisa mengelola syahwat takkan bisa dan tidak akan pernah merealisasikan kecerdasan finansial. Anekdot bila ingin kaya menikah dulu, untuk menunjukkan bahwa kematangan dirilah yang bisa memunculkan kecerdasan finansial.
Cara mudah dan praktis menciptakan kecerdasan finansial adalah dengan berpuasa. Tak perlu banyak teori dari para ahli. Tak perlu banyak studi kasus untuk memahaminya. Cukup berpuasalah. Berpuasa untuk mengelola yang halal dan mubah pada tempatnya. Puasa menutup pintu keharaman. Keharaman menghacurkan kecerdasan finansial. Keharaman mendorong seseorang pada kecanduan mengeluarkan uang yang efeknya menghancurkan manajemen dan kematangan diri. Akal sehat hilang. Berfikir jangka panjang hancur. Sensitivitas berinvestasi mati, karena terfokus pada kesenangan hari ini dengan penghamburan yang tak terkira.
Puasa menata yang halal dan mubah. Para sufi sudah mencapai taraf berhati-hati pada yang halal dan mubah. Mendayagunakan yang halal dan mubah pada posisi sesuai dengan kebutuhan yang darurat saja. Makan hanya sepertiga perut. Minum hanya sepertiga perut. Rumah, perabotan dan fasilitas hidup hanya pada level bisa menjaga harga diri dihadapan orang lain. Tak dihinakan tapi juga tak membuat orang berdecak kagum sehingga menimbulkan iri dan dengki pada orang lain.
Haram harus ditinggalkan total. Namun jangan sampai jatuh pada jebakan berikutnya yaitu halal dan mubah. Menikmati kehalalan. Menikmati yang dibolehkan sering kali menjatuhkan diri pada pada berlebihan, penghamburan, melampaui batas, kesia-siaan dan kekikiran. Jadi akhlak para sufi agar terhindar dari jebakan ini adalah wara. Sedangkan para ahlul fiqh kadang menjelaskan kadar nila uang tertentu agar tak jatuh pada jebakan ini. Jadi perlu kepahaman ilmu fiqh dalam menghadirkan kecerdasan finansial.
Menelitian di Amerika menunjukkan bahwa seorang anak yang bisa menahan diri untuk tidak langsung memakan permen saat dibagikan menunjukkan kesuksesan di usia dewasanya. Sikap menahan dan menunda sementara terhadap yang diinginkan ternyata menciptakan kecerdasan finansial. Seorang pengusaha merekomendasikan setiap pembelian barang atau aset bila memungkinkan dibeli dengan tunai. Bahkan dia membuang semua fasilitas hutang untuk kemudahan pembayaran hari ini karena sangat memberatkan cashflow. Berpuasa sejenak dapat melipatgandakan cashflow.
Bagaimana dengan pendapatan yang haram? Berefek pada kecerdasan finansialkah? Dosa besar menjauhkan dan menutup keberkahan rezeki. Jadilah hidupnya yang hanya menengadahkan tangan, menipu dan mencuri.Tak ada ketentraman hati. Apakah cara ini dapat melipatgandakan harta dalam jangka panjang? Pendapatan haram menjerumuskan pada pengeluaran yang haram juga. Ini kehancuran totalitas terhadap manajemen dan kematangan diri. Harta haram menggelapkan hati. Bagaimana dapat berinovasi radikal bila Allah tak mengilhamkan ilmu dan solusi ke hati manusia? Bukankah inovasi salah satu jalan kecerdasan finansial?
Sangat mudah menciptakan kecerdasan finansial. Berpuasalah. Puasa cara efektif mengelola diri. Mengelola keinginan dan kebutuhan. Puasa penyebab terbakar lemak sehingga aliran oksigen ke otak lancar dan mudah. Disinilah ide-ide brilian muncul. Disinilah kecerdasan finansial terbentuk dengan sendirinya. Mulailah mendidik diri, itulah cara awal meraih kecerdasan finansial.
0 komentar: