Penggugah Jiwa, Seni Membeturkan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Junaid Al Baghdadi mengatakan bahwa malu kepada Allah lahir karena merasakan rahmat-Nya yang luas, namun jiwanya terus bermaksiat kepada Allah. Dalam hadist Qudsi dikatakan bahwa Allah malu bila doa tidak dikabulkan, namun mengapa manusia justru tidak malu bermaksiat kepada-Nya?
Abdullah bin Muqotil berkata, "Aku heran pada manusia, membangkang pada Allah tetapi disertai butuh pada-Nya. Memerintahkan orang lain tetapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Marah pada orang lain tetapi dirinya melanggarnya. Benci pada maksiat sedangkan dirinya melakukannya. Senang ditaati tetapi tidak taat kepada Allah. Mencaci orang lain dengan prasangka, tetapi tak pernah mencaci dirinya dengan yakin."
Hatim al-Asham berkata, "Aku heran, malu pada makhluk, tetapi tidak malu pada Allah. Mencari ridha manusia, tetapi tidak mencari ridha Allah. Mencintai ahli ibadah, sedangkan dirinya menuju maksiat. Mengenal keagungan Allah, namun bagaimana bisa kontra pada-Nya? Makan rezeki dari Tuhannya, tetapi berterimakasih kepada makhluk-Nya. Membeli budak dengan hartanya, tetapi tidak membeli orang merdeka dengan kebajikan dan ucapan indahnya."
Lihatkah cara ke tiga ulama salaf tersebut menegur, menasihati dan mengintrospeksi dirinya. Membenturkan yang bertolak belakang dari yang seharusnya. Melihat aksi dan reaksi yang di luar logika dan kepantasan. Metode ini menyadarkan keanehan dan penyimpangan prilaku, sikap dan akhlak.
Benturan menciptakan ledakan suara yang pekak dan menghebohkan. Jiwa akan mencari sumber suaranya sambil bertanya, " Apa yang terjadi?" Maka muncullah ketertarikan untuk menyaksikan, mendengarkan dan memperhatikan. Bila jiwa sudah mulai dibuka. Bila hati rela membuka dirinya, maka gerakan penyadaran alamiah dan mandiri berproses dengan penuh kelembutan.
Benturan menciptakan hentakan kesadaran yang mengagetkan. Jiwa yang keras harus dibenturkan kesadarannya dengan keterkejutan yang luar biasa. Seperti seseorang yang meminta ijin untuk berzina kepada Rasulullah saw. Lalu dibenturkan orang tersebut pada sebuah kenyataan. Bagaimana bila yang dizinai itu ibunya, saudaranya dan anak gadisnya sendiri? Dengan hentakan ini, seketika itu pula, niat keburukannya runtuh.
Perlu kecerdikan dalam mendidik jiwa. Dibutuhkan beragam alat penghantam yang sesuai dengan kekerasan hati yang sudah terbentuk. Sekeras batu, besi atau bajakah? Semakin keras, hantamannya pun harus menohok dasar jiwa yang terdalam.
0 komentar: