Paradigma Tasawufnya Hasan al Banna
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Tasawufnya Hasan al Banna sang pendiri Ikhwanul Muslimin. Mungkin sangat sedikit yang mau mengkaji dan memahaminya. Menurut Said Hawa dalam kitabnya Fi Afaqit Ta'lim mengatakan bahwa Hasan Al Banna mengambil Tasawuf lalu membersihkannya. Said Hawa pun melanjutkan, "Apabila seorang sufi tidak melihat jalan tasawuf menuju Allah dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin (IM), maka mereka akan memandang sesuatu yang menyimpan tentang IM."
Dalam Muktamar ke lima Ikhwanul Muslimin (IM) pada akhir Desember 1938 M hingga awal Januari 1939 M, Hasan Al Banna menjelaskan secara komprehensif gambaran gerakan IM yaitu mencakup Dakwah Salafiah, Tariqah Sunniyah, Haqiqah Shufiyah, Hai'ah Siyasiyah, Jama'ah Riyadhiyah, Rabithah Ilmiyah Tsaqafiyah, Syirkah Iqtishadiyah dan Fikrah Ijtima'iyah. Dari gambaran tersebut, ada 3 hal yang berkaitan dengan Tasawuf, apa itu?
Tariqah Sunniyah, Haqiqah Shufiyah dan Jama'ah Riyadhiyah. Inilah tiga gambaran pemikiran IM yang berkaitan dengan Tasawuf. Tariqah Sunniyah berarti membawa jiwa untuk mengamalkan sunah yang suci dalam segala hal, khususnya dalam masalah aqidah dan ibadah selama ada kemampuan.
Semua ulama tasawuf seperti Junaid Al Baghdadi, Imam Al Ghazali dan Syeikh Abdul Qadir Jailani menjelaskan bahwa tasawuf tidak boleh bertentangan dengan syariat. Bila ingin menempuh jalan tasawuf maka harus memahami syariat terlebih dahulu. Inilah jalan yang benar. Imam Junaid Al Baghdadi melarang mereka yang tak paham syariat menempuh jalan Tasawuf karena bisa terjadi penyimpangan. Inilah yang dimaksud Thariqah Sunniyah yang dijelaskan Hasan Al Banna.
Oleh karena itulah ulama Tasawuf membangun perjalanan para Sufi dengan tiga tingkatan berjenjang agar tidak menyimpang yaitu Syariat, Hakikat dan Marifat. Ketiga tangga ini tidak boleh dilompati tetapi sesuatu yang runut menanjak. Syariat sebagai landasan dan penempaan untuk mendapatkan derajat Hakikat dan Marifat. Disinilah konsep Jama'ah Riyadhiyah dalam IM ditempuh untuk mendapatkan tingkat Hakikat dan Marifat, bukan sekedar melatih raga agar kuat, tetapi mendisiplinkan diri dalam mempraktekkan ibadah dengan disiplin dan istiqamah sepanjang hayat.
Riyadhah atau pelatihan kedisiplinan ibadah harian dan raga diwujudkan dalam risalah Hasan Al Banna yang diberi nama Kewajiban muslim yang dirangkum dalam 38 pelatihan harian dari Shalat di awal waktu, membaca Al Quran, menjaga wudhu hingga pengelolaan waktu. Tidak itu saja, Hasan Al Banna juga membimbing wirid harian yang bernama Al Matsurat dan wirid Al-Qur'an berupa ayat-ayat pilihan. Jalan ini mendidik untuk beristiqamah. Jadi penempaan jalan Tasawuf cukup kental di IM untuk meraih derajat Haqiqah Shufiyah.
Haqiqah Shufiyah menurut Hasan Al Banna adalah memahami bahwa asas kebaikan adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinuitas amal, berpaling dari ketergantungan kepada makhluk, cinta karena Allah, dan keterikatan kepada kebaikan. Inilah titik sentral kebaikan manusia. Inilah inti dari Tasawuf mendidik hati hingga akhirnya mengenal Allah. Mendidik dan mengenal diri hingga akhirnya mengenal Allah.
Mengapa hati menjadi sentral, menurut Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumudin, kapasitas seseorang ada yang dapat diraih dengan Ilham dan belajar. Allah mengajarkan itu semua bila hati manusia jernih hatinya. Menurut Ibnu Qayyim, Ilmu itu cahaya maka hati yang bercahaya yang akan dicurahkan ilmu dan kepahaman oleh Allah. Disinilah tingkatan Marifat akan diperoleh.
Bagaimana bermarifat yang benar? Hasan Al Banna pun memberikan bimbingan yang jelas dalam risalahnya yang berjudul Aqidah dalam Majmuatur Rasailnya. Dari prinsip memahami Dzat Allah, peran akal, pembahasan Asmaulhusna dan sifat 20 yang dikembangkan oleh Abu Hasan Al Ashari dan Imam Al Ghazali untuk membantu umat mengenal Allah.
Bagaimana hati yang hidup menurut Hasan Al Banna? Dalam kitab Haditsuts Tsulatsa karangan Ahmad Isa Asyrur menjelaskan, definisi hati yang hidup menurut Hasan Al Banna adalah hati yang sensitif, dinamis, terbuka, selalu terhubung dan diawasi Allah. Apakah tingkatan ini sudah selesai? Sekadar bermarifat ?
Bila tingkatan Syariat, Hakikat dan Marifat sudah ditempuh dan ditempa, maka kekuatan ini harus membangun karakter yaitu al-Fahmu (Pemahaman), Ikhlas, Amal, Jihad, Tadhiyah (Pengorbanan), Taat, Tsabat (Teguh Pendirian), Tajarrud (Totalitas), Ukhuwah (Persaudaraan) dan Tsiqah (Percaya). Dari 10 sifat ini daya gunakan untuk membangun peradaban manusia. Itulah perjalanan Tasawuf Hasan Al Banna. Tidak hanya bernikmat bersama Allah daja, tetapi juga didayagunakan untuk membangun peradaban.
0 komentar: