Muslim pun Berkontribusi Mendirikan Majapahit?
Penulis dan peneliti, Donald Maclaine Campbel, dalam buku Yava mengatakan, "Orang Arab dan Persia telah turut mendirikan Majapahit. Sejak lama mereka telah mendirikan perkampungan di Sumatera bagian Barat. Pantai Gresik dan Madura pernah dijadikan pangkalan untuk memperbaiki kapal-kapal rusak dan tempat memuat barang makanan bekal berlayar. Bahkan mereka pun turut juga mendirikan kerajaan Jenggala, Daha, dan Singasari. Pada setiap kerajaan itu orang Arab dan Persia telah tinggal bermukim."
Batu nisan Fatimah binti Maimun di desa Leran tahun 1101 M, menunjukkan adanya masyarakat muslim di Jawa saat raja Airlangga memecah kerajaannya menjadi Jenggala dan Kediri pada 1049 M. Di masa itu pun saudagar muslim sudah berhubungan erat dengan penguasa negri. Jika mereka turut andil dalam mendirikan kerajaan Jenggala maka tidak sulit untuk membuktikan bahwa mereka pun turut mendirikan Majapahit.
Persaudagaran berbicara laba rugi, jauh berbeda dengan semangat angkatan perang yang memperhitungkan kalah-menang. Oleh sebab itu, di Nusantara berlaku ayat, "Tidak ada paksaan dalam agama." Para saudagar dan utusan dari umat Islam, yang berintikan orang Arab telah datang berbondong-bondong ke Nusantara. Ada yang hanya singgah, ada juga yang menetap hingga mendirikan perkampungan kecil agar mereka tidak terganggu mengerjakan agama.
Zaman itu orang masih memakai budak dan hamba sahaya. Orang Islam membeli budak lalu memerdekakannya, akhirnya dengan sukarela mereka menjadi Islam. Nasibnya pun lebih baik dalam perlindungan tuannya. Bahkan, mereka dipercaya sebagaimana mempercayai anaknya sendiri. *Maka Terciptalah masyarakat yang kokoh menentramkan.*
*Persaudagaran menggerakkan roda perekonomian*. Perniagaan orang Arab sejak permulaan abad ke-7 Masehi telah sampai ke Tiongkok dan sangat maju. Pada abad pertama Hijriyah, saudagar Arab telah memiliki pusat perniagaan yang ramai di Kanton. Antara abad ke-10 hingga 15 M, di tangan orang Arablah berpegang seluruh perniagaan di sebelah timur, dengan tidak ada siapa pun saingannya. Berdasarkan hal ini, dipastikan di beberapa pulau Nusantara orang Arab telah meletakkan sendi-sendi daerah perniagaannya, sebagaimana yang telah mereka lakukan pula di tempat lain pada masa permulaan.
Seorang perutusan Tiongkok datang ke Jawa, menerangkan kondisi umat Islam di era Majapahit, "Golongan Islam datang dari sebelah Barat dan telah tinggal menetap di sana. Pakaian dan makanan mereka bersih dan enak. Orang Tiongkok pun banyak yang telah masuk Islam dan mereka amalkan dengan baik ajaran Islam. Pada sisi lain, penduduk asli masih sangat kotor, pergi dan pulang tidak memakai terompah, dan tidak bersungut kepala *Artinya, muslim telah membangun budaya baru saat kerajaan Hindu dan Budha masih berkuasa.*
Walupun pesisir Sumatera dan Jawa sebagai besar dihuni muslim, dan pusat kotanya di pedalaman dihuni Hindu dan Budha, namun tidak pernah ada upaya penggulingan atau kerjasama dengan pihak luar untuk meruntuhkan kerajaan Hindu dan Budha. *Inilah kolaborasi di Nusantara saat itu."
(Diringkas dari Buku Sejarah Umat Islam karya Buya Hamka)
0 komentar: