Mubaligh Yang Berbisnis, Energi Dakwah di Nusantara
Dakwah Islam harus melalui persetujuan hati dan akal, tidak melalui "cuci otak". Dakwah Islam diberikan dengan alasan yang masuk akal, tidak dicampuri dusta dan kesanggupan mempergunakan akal untuk menimbang mana yang haq dan mana yang bathil. Yang dituju adalah akal yang cerdas, iman yang mendalam, lepas dari waham dan syak wasangka.
Sejak zaman Abbasiyah, kaum muslimin telah banyak bergaul dengan berbagai agama, baik Nasrani, Yahudi dan filsafat Yunani. Ada ajaran Yoga dari Hindustan. Ada juga musyrikin yang penuh keraguan. Namun muslim dapat bergaul dengan mereka. Bukan muslim yang tertarik kepada mereka, bahkan merekalah yang tertarik pada sikap hidup, keramahan dan kelapangan dada muslim.
Di zaman kerajaan Jawa sebelum Islam, jaman Jenggala dan Majapahit, telah ada agama Islam di tanah Jawa. Mubaligh-mubaligh itu merangkap sebagai Saudagar. Pakaiannya bersih. Mukanya jernih karena wudhu. Dalam rumah tangga, sikapnya bersih, menghormati tetamu dan tetangga sehingga menarik hati. Setelah memeluk Islam, kedudukan mereka tidak direndahkan, tidak menjadi kelas dua.
Para saudagar sambil berjualan, juga masuk ke masyarakat yang masih jahiliyah. Membawa perniagaan, juga membawa cahaya Ilahi, ajaran tauhid dan makrifatullah. Menyediakan barang, tetapi juga memberikan persediaan lain yang lebih tinggi harganya daripada barang, yaitu cahaya iman yang menyinar dari muka mereka. Membawa barang di tangan dan cahaya di hati.Perniagaannya maju, agamanya pun maju.
Para saudagar menunjukkan budi baik, sopan santun yang mulia, sehingga raja-raja pun tertarik memeluknya. Jika raja telah masuk, niscaya akan menurut pula rakyatnya. Saudagar muslim menyebarkan Islam tidak tergantung kepada adanya raja-raja. Para mubaligh bekerja tidak mengharapkan sokongan dan bantuan dari pihak yang berkuasa.
Pengaruh ulama besar yang merangkap ahli dakwah kadang-kadang lebih besar daripada pengaruh kerajaan sendiri. Sampai-sampai mereka diberi gelar "sunan" yang berasal dari kata "susuhunan", menyusun jari mendatangkan sembah. Artinya derajat martabat dianggap sama dengan raja-raja sendiri.
Ketika Belanda berhasil mengalahkan kesultanan yang ada di Nusantara. Apakah tercabut Islamnya? Ketik Belanda menjajah 350 tahun dengan segala misi kristenisasinya, justru bilangan umat Islam bertambah banyak. Ini bertanda bahwa penyebaran dakwah oleh para saudagar dan ulama sudah menjadi keyakinan dan budaya yang mengakar karena penyebarannya dengan pengaruh pribadi-pribadi, dengan bekerja sendiri, tidak dengan paksaan dan pedang.
(Diringkas dari Buku Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Karya Buya Hamka)
0 komentar: