Mindset Pengelolaan Bisnis
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Orang mukmin punya jalan tersendiri untuk sukses. Para munafikin dan kafirin punya caranya sendiri untuk sukses. Orang mukmin punya paradigma sukses tersendiri. Para munafikin dan kafirin memiliki paradigma sukses yang tersendiri pula. Masalahnya, orang mukmin saat ini memiliki paradigma sukses dan jalan sukses yang tidak diambil dari sumber ajaran dan keyakinannya. Mengikuti paradigma dan jalan munafikin dan kafirin. Jadi, takkan pernah bisa sukses. Yang ada hanya istijrad. Dihancurkan oleh halusinasi suksesnya.
Imam Malik mengingatkan, "Bila seorang mukmin ingin sukses, tempuhlah jalan para pendahulunya." Ikut Rasulullah saw, Sahabat ra dan ulama salaf. Ikuti paradigma, mindset, karakter, prilaku dan juga sistemnya. Sekedar Menyamai apa yang diraih oleh munafikin dan kafirin bukan kesuksesan tetapi kehancuran. Karena kehidupan seorang mukmin berbeda jauh seperti langit dan bumi. Beda ukurannya, beda tujuannya, dan valuenya.
Menimbun barang bagi mukmin haram. Mendapatkan harga yang murah padahal harga seharusnya lebih tinggi, bukan sebuah prestasi. Keuntungan yang besar di tengah kesulitan bukan sesuatu yang bermoral. Ukurannya bukan lagi omset, profit dan kapitalisasi aset tetapi kemanfaatan dan kemudahan. Orientasi bisnis adalah bagaimana urusan manusia menjadi lebih mudah dan sederhana. Bisnis untuk melayani bukan hanya menjual lalu untung.
Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf pernah menggratiskan seluruh barang dagangannya di saat musim paceklik. Imam Abu Hanifah membatalkan transaksi karena pegawainya mengambil margin terlalu tinggi. Juga menaikkan harga pembelian karena supliernya menjual barang dengan harga yang terlalu rendah. Beberapa praktek bisnis dalam Islam pun diharamkan karena mengandung kezaliman. Inilah cara sukses seorang mukmin. Adakah yang paradigma seperti ini?
Seorang mukmin sukses dengan rambu-rambu syariat. Sukses dengan paradigma Allah tuntutan Rasulullah saw. Andai jalan ini sudah ditempuh tetapi belum membuahkan kekayaan harta, maka tergolong sukses. Karena dia sudah mematuhi Allah swt dan Rasulullah saw. Andai meraih kekayaan melimpah tetapi tidak mengikuti rambu-rambu syariat, walaupun meraih kekayaan harta yang luar biasa, tetaplah rugi dan sangat rugi. Karena penghisaban Allah sangat berat, rumit dan teliti.
Adakah orientasi kekayaan pada Abdurrahman bin Auf? Adakah hanya berorientasi omset padanya? Beliau berusaha memiskinkan dirinya. Dengan membeli kurma yang busuk. Mensedekahkan sebagian besar hartanya. Tetapi tak pernah jatuh miskin. Siti Aisyah pernah mengabarkan bahwa dia masuk surga dengan cara yang sulit. Abdurrahman bin Auf berkata, "Aku sudah mensedekahkan harta, namun Allah mengganti dengan berlipat-lipat." Bukan cita-citanya menjadi kaya, tetapi Allah yang membuatnya menjadi kaya.
Omset dan kekayaan hanya buah dari ketaatannya pada rambu-rambu Allah dan Rasulullah saw. Fokus pada mentaati rambunya. Fokus pada menciptakan kemudahan, kemaslahatan dan solusinya. Andai pun memasang target omset maka tujuannya bukan meraih kekayaan. Tetapi bagaimana bisa roda bisnis terus hidup menciptakan kemudahan, solusi dan kemanfaatan? Bagaimana memperbesar kemanfaatan? Diatas kertas, target-target angkanya sama tetapi nilai kehidupan dan paradigmanya berbeda.
0 komentar: