Menyerap Mukjizat Rasulullah Secara Alamiah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Mukjizat, peristiwa maha dahsyat atas kehendak dan ijin Allah. Hanya Allah yang dapat melakukan. Semuanya melampaui batas akal dan kemampuan manusia. Allah menantang manusia untuk membuat Al-Qur'an satu surat saja. Dapatkah? Tantangan ini menunjukkan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan abadi manusia.
Keterjagaan keaslian Al-Qur'an dan As Sunnah merupakan mukjizat. Bagaimana mungkin sebuah kata dapat ditelusuri dari penutur ke penutur lainnya tanpa ada sedikit pun perbedaan? Setiap karakter, akhlak dan keseharian sang penutur terdokumentasikan dan terseleksi dengan rapih, jelas dan terjaga. Adakah yang sanggup melakukan hal ini?
Fakta sejarah sebuah bangsa saja diyakini dimanipulasi oleh sang pemenang saja. Fakta yang belum ratusan tahun saja diperdebatkan keaslianya. Padahal jejak dan monumennya masih ada. Padahal penuturnya masih ada yang hidup. Hawa nafsu yang membuat segala sesuatu menjadi remang dan dikaburkan.
Mukjizat Al-Qur'an bukan mukjizat akrobatik. Menyulap sesuatu seketika dalam hitung detik. Kemukijzatan Al-Qur'an dapat diserap menjadi sebuah jati diri yang disinari dan diselubungi kemukijzatan dengan proses alamiah melalui penempaan dan pendidikan. Kemukijzatan Rasulullah saw dapat ditularkan dan diduplikasikan ke setiap orang.
Proses kemukijzatan Nabi Musa cukup hanya mengetukan tongkatnya. Kemukijzatan Nabi Isa, seketika langsung menyembuhkan dan menghidupkan yang telah mati. Namun bagaimana proses kemukijzatan Rasulullah saw? Berproses secara alamiah dan ilmiah. Ada tahapan dan strateginya. Ada energi dan upaya yang diakukan. Ada pengorganisasiannya.
Rasulullah saw memenangkan perang Badar. Diawali dengan menyiapkan pasukan dan persenjataan. Menempatkan pasukan diposisi yang tepat. Mengatur pergerakan pasukan dan barisan. Setelah itu bermunajat yang kokoh dan pasrah. Disitulah Allah menurunkan malaikatnya. Proses ini dapat diduplikasikan oleh setiap yang bertakwa.
Saat perang Kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa ini pun terulang. Saat perang Afghanistan dan Bosnia, peristiwa ini terulang. Saat perang Yarmuk dan Qadisiyah di era Umar bin Khatab, peristiwa ini terulang pula. Inilah bukti bahwa kemukijzatan pada diri Rasulullah saw terus berulang di setiap zaman dan manusia. Bila diterapkan pada tataran ekonomi, sosial dan kekuasaan, maka kemukijzatannya dapat terulang kembali juga.
0 komentar: