Menunduk, Setiap Mendengar kata Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Seorang Sahabat Nabi dari Bani Salim pernah diutus oleh Rasulullah saw ke Bani Sa'ad untuk mengajak memeluk Islam. Di Bani Sa'ad, Sahabat tersebut bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Ahnaf.
Saat Sahabat Nabi bertanya padanya, Apa pendapatmu tentang Rasulullah saw?" Sang pemuda menjawab, "Beliau hanya mengatakan kebaikan." Sang Sahabat melaporkan ucapan pemuda ini pada Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw bersabda, "Ya Allah, ampunilah Ahnaf."
Suatu hari, saat Ahnaf sedang bertawaf, sesorang menemuinya. Ternyata dia Sahabat Nabi yang pernah ditugaskan menyeru Islam di wilayahnya. Sahabat Rasulullah saw bertanya, "Apakah engkau masih ingat saat Rasulullah saw mengutus ku ke kaum mu?"
"Apa yang engkau ucapan aku sampaikan kepada Rasulullah saw, lalu Rasulullah saw bersabda, 'Ya Allah, ampunilah Ahnaf." Mendengar informasi Ini, Ahnaf berkata, "Tidak ada sesuatu yang lebih aku harapkan melebihi ampunan-Nya."
Abu Muawiyah bin Hisyam menjelaskan penyebab derajat Ahnaf bin Qais sangat tinggi, penyebabnya, "Dia orang yang paling sangat kuat mengendalikan dirinya. Sejalan dengan kebaikan dan terjaga dari keburukan."
Ahnaf bin Qais paling disiplin terhadap bicara. Apa yang membuatnya seperti itu? Dia berkata, "Aku takut kepada Allah bila berbohong, dan takut kepada kalian bila aku benar."
Ahnaf bin Qais mengisi sebagian shalat malamnya dengan berdoa. Sering mendekati lampu, lalu meletakkan jarinya di lampu sambil berkata, "Rasakan!" Sambil berkata pada dirinya, " Wahai Ahnaf, apa yang mendorong engkau berbuat demikian pada hari Ini? Apa yang mendorongmu berbuat pada hari itu?"
Ahnaf bin Qais berkata, "Demi Allah, setiap kali mendengar kata Allah, aku selalu menunduk, karena ada sesuatu yang sangat agung didalamnya."
Ahnaf bin Qais berkata, "Tidak ada kehormatan bagi pendusta, tidak ada istirahat bagi pendeki, tidak ada kecerdikan dalam bakhil, tidak ada kemuliaan dalam perbuatan tercela, dan tidakada persaudaraan bagi orang yang tidak sabar."
Suatu hari keponakan Ahnaf mengeluhkan rasa sakit gigi gerahamnya kepadanya. Lalu Ahnaf bin Qais berkata padanya, "Aku telah kehilangan mataku sejak 40 tahun yang silam, tetapi aku tidak ceritakan itu pada siapapun."
Sumber:
Shifatush Shofwah imam Ibnul Jauzy
0 komentar: