Menikmati Relaksasi Ibadah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Rasulullah saw melarang para Sahabat ra membuang dahak di masjid. Namun mengapa Rasulullah saw membiarkan seorang arab Badui yang kencing di dalam masjid? Setelah selesai kencing baru disiram? Kebijaksanaan itulah inti agama.
Seorang arab Badui menemui Rasulullah saw untuk meminta nasihat. Rasulullah saw menasihati agar bersyahadat. Shalat wajib, kalau mau shalat sunah..Puasa Ramadhan, kalau mau puasa sunnah. Zakat, kalau mau bersedekah. Lalu Rasulullah saw menjamin masuk surga hanya dengan konsisten beramal seperti ini. Namun mengapa nasihatnya berbeda bila bertemu dengan sahabat? Butuh kemudahan dalam mengajarkan agama.
Rasulullah saw membenarkan Salam Al-Farisi, saat Salman "menghalangi" Abu Darda untuk puasa sunah, shalat sunah dan ibadah sunah lainnya. Salman melakukan hal tersebut karena Abu Darda sudah "tidak berselera" terhadap dunia. Rasulullah saw pun menyuruh seorang sahabat membatalkan puasanya bila seseorang menghidangkan makanan untuknya. Terkadang meninggalkan ibadah sunah itu sebuah keharusan bila menghalangi pelaksanaan yang wajib atau sunah yang lebih utama.
Imam Bukhari dalam kumpulan hadistnya membuat bab yang berjudul " Bolehnya meninggalkan yang sunah jika khawatir menimbulkan kejenuhan dan terbengkalainya hak-hak yang semestinya ditunaikan, atau sunah yang lebih utama dari yang disebutkan di awal." Mereka yang paham struktur kewajiban dan paham prioritas kemaslahatan akan membuat agama ini mudah dan lentur namun tidak menyimpang dari relnya.
Seorang murid Abdullah bin Umar mengungkapkan usulan agar mengaji kepada beliau setiap hari. Biasanya sang murid ngaji hanya hari kamis saja. Maka Ibnu Umar menolaknya. Rutinitas setiap hari menimbulkan kejenuhan. Seperti Umar bin Khatab yang memulangkan para prajurit dari medan jihad bila sudah mencapai 40 hari. Ibadah butuh keseimbangan agar bisa beristiqamah dan berkelanjutan.
Keteguhan dan kegairahan beragama. Keistiqamahan dalam ketaatan. Bukan soal menjaga energi semangat. Bukan soal seringnya belajar dan menuntut ilmu. Tetapi soal keseimbangan antara giatnya beribadah dan rileksasi yang di sunahkan. Menyeimbangkannya tuntutan tubuh, akal, hati dan jiwa. Yang mengetatkan diri pada ibadah akan dilanda kebosanan dan kelunturan. Bisa juga hingga pad taraf meninggalkan seluruhnya.
Tidurlah saat mengantuk. Makanlah saat lapar. Minumlah saat haus. Bersenang-senang pada hal yang mubah tanpa melampaui batas dan jatuh pada kesia-siaan. Itulah pagar-pagar keistiqamahan.
0 komentar: