Menikmati Hidup dengsn Filosofi Dekat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Allah sangat dekat. Bahkan lebih dekat dari yang paling dekat. Allah lebih dekat dari urat leher manusia. Namun mengapa manusia tak pernah merasakannya? Apakah yang dekat selalu terasa jauh? Seperti kata pepatah bila jauh itu harum, bila dekat itu bau. Mungkinkah ini interaksi kita dengan Allah?
Dekat, itulah keyakinan seorang mukmin. Allah memberikan kemenangan yang dekat. Berapa jeda permulaan dakwah Rasulullah saw dengan kemenangan di seluruh jazirah Arab? Berapa jeda permulaan dakwah Rasulullah saw dengan dengan kemenangan atas Romawi dan Persia? Berapa jeda janji Rasulullah saw kepada Syuraqah tentang mahkota Kisra yang akan disematkan padanya? Semua terrealisasi saat Syuraqah masih hidup. Banyak Sahabat Rasulullah saw yang menyaksikan kemenangan di saat mereka masih hidup. Itulah kemenangan yang dekat.
Dekat, bumi ini sangat dekat. Islam itu untuk semua manusia. Islam itu memberikan rahmat kepada yang muslim, musyrikin dan kafirin. Islam itu memberikan rahmat kepada pemeluknya maupun yang bukan pemeluknya. Karena Islam itu bukan saja untuk umat Islam tetapi juga yang tidak beragama Islam. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw mengelola hubungan interaksi di Madinah, antara Muslim, Musyrikin, Yahudi dan Nasrani. Islam mendekatkan interaksi manusia walaupun berbeda agama.
Kehidupan ini sangat dekat. Dekat itu sangat pendek waktu tempuhnya. Yang menyebabkan kelalaian, merasa waktu hidup masih panjang. Merasa kematian itu masih jauh. Merasa kegagalan itu sangat jauh. Merasa azab Allah sangat jauh. Inilah yang menghilangkan kewaspadaan. Kekuasaan dicabut dari tangan seseorang. Kekayaan dicabut dari tangan seseorang karena kehancuran dan kebangkrutan dianggap sangat jauh. Itulah yang menyebabkan Namrudz dan Firaun hancur kekuasaannya. Itulah penyebab kekayaan Qarun hancur seketika.
Waktu berkuasa itu sangat pendek. Waktu menikmati kekayaan sangat pendek. Bahkan seluruhnya dicabut ketika manusia masih hidup. Ketika yang digenggam tidak dipergunakan sesuatu tujuannya. Ketika kekuasaan digenggam tidak sesuai tujuannya. Ketika kekayaan tidak didayagunakan sesuatu tujuannya, maka seketika itu pula Allah mencabutnya. Manusia itu lalai dan bodoh, jadi sangat jarang yang bisa menghindarinya. Sangat pendek waktu berkuasa itu. Sangat pendek menggengam kekayaan itu, mengapa berjibaku dengan yang waktunya pendek?
Rentang waktu kemiskinan, kesulitan dan penderitaan itu dekat. Awalnya bersedih, namun seketika itu pula bisa tertawa lepas. Siapkan syarat-syariat kemenangan. Siapkan jihad dan ikhtiar kemenangan. Siapkan munajat kemenangan. Maka kemiskinan, kesulitan dan penderitaan akan segera diangkat oleh Allah. Perubahan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya itu sangat dekat. Perguliran nasib itu sangat dekat. Yang paling berkuasa. Yang paling kaya, tiba-tiba terhinakan dalam hitungan detik saja. Itulah permainan dunia.
Para Ulama Salaf berdiri dalam shalat setelah Isya hingga Subuh. Rabiah Al Adawiyah berdiri 1.000 rakaat setiap malam. Junaid Al-Baghdadi dan Imam Ahmad berdiri dengan 300 rakaat dalam semalam. Mengapa kuat? Dalam shalat mereka bisa menghantamkan Al-Qur'an hingga beberapa kali? Malam itu pendek. Kesulitan menahan hawa nafsu itu pendek dibandingkan keabadian di akhirat. Mindset dekat dan pendek inilah yang membuat segalanya yang terjadi di kehidupan ini menjadi ringan dan mudah.
Mindset dekat, menghadirkan cinta. Mindset dekat, menciptakan kewaspadaan. Mindset dekat, menghadirkan rasa ringan semua yang menjadi tanggungjawabnya.
0 komentar: