Mengobati Luka Tubuh dan Hati Cara Rasulullah saw
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Di Perang Uhud, tersiar kabar bahwa Rasulullah saw terbunuh. Banyak sahabat yang terkulai lemas. Di perang Uhud, Hamzah bin Abdul Muthalib terbunuh oleh Washi atas perintah Hindun Istrinya Abu Sofyan bin Harb. Bagaimana kondisi Rasulullah saw sehingga tersebar isu bahwa Rasulullah saw terbunuh?
Ibnu Qayyim dalam Zadul Ma'ad menjelaskan bahwa wajah Rasulullah saw terluka. Darahnya cukup deras mengalir. Tulang pipinya retak. Topi besinya pun pecah. Berarti betapa dahsyatnya hantaman ke kepalanya? Fatimah binti Rasulullah saw mencuci darahnya. Ali bin Abi Thalib menuangkan air ke atasnya dan tameng. Namun darah tak berhenti juga. Bagaimana cara mengobati luka dan menghentikan darahnya?
Fatimah mengambil kain yang terbuat dari merang. Merang yang berasal dari tumbuhan air seperti rotan. Lalu dibakar. Abunya ditempelkan pada luka Rasulullah saw. Darahnya pun terhenti. Abu merang berguna mengeringkan luka dan mengobati luka yang masih basah sehingga mengering. Ternyata abu berkhasiat menghentikan darah pada luka, karena mengandung unsur pengering yang kuat tetapi tidak panas mengigit. Dalam setiap peristiwa yang terburuk pun, Rasulullah saw mengajarkan ilmu yang luar biasa.
Bagaimana dengan luka hati Rasulullah saw terhadap Wasyi, Hindun dan Abu Sofyan? Terbunuhnya Hamzah bin Abu Muthalib sangat menyedihkan. Saat Futuh Mekkah, saat kekuasaan dalam gengamanya. Saat beliau mampu melakukan apa pun karena statusnya sebagai pemenang. Beliau berkata, "Siapa yang masuk ke rumah Abu Sofyan akan selamat?" Padahal Abu Sofyanlah yang memimpin pengepungan Madinah saat perang Khandak dengan 10.000 pasukan. Saat itu Madinah sedang musim paceklik. Saat itu orang Yahudi dan Munafikin berkhianat. Namun justru Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang masuk kerumah rumah Abu Sofyan akan selamat." Di saat sang musuh dalam keadaan lemah tak berdaya.
Rasulullah saw memaafkan Hindun Istri Abu Sofyan. Dialah yang memerintahkan Wasyi membunuh paman Rasulullah saw. Lalu Hindun membelah dada pamannya. Memakan hatinya. Saat Futuh Mekkah, Hindun menghadap Rasulullah saw meminta pengampunan. Rasulullah saw pun mengampuni dan memaafkan. Bagaimana bila kita menghadapi kondisi tersebut? Luka tubuh yang parah. Luka hati yang mendalam.
Tidak itu saja, anak Abu Sofyan pun, Muawiyah, diangkat menjadi sekertaris pribadinya. Putra Abu Sofyan yang bernama Yazid, kelak diangkat menjadi panglima perang dan menjadi gubernur di Syam. Suami dan Istri yang sebelumnya kompak memusuhi Rasulullah saw, sekarang dimuliakan. Bahkan saat perang Hunain, Rasulullah saw memberikan 1.000 unta kepada Abu Sofyan. Sehingga Abu Sofyan menjuluki Rasulullah saw sebagai sebagai orang yang tidak pernah takut miskin.
Bagaimana dengan Wasyi? Dia kabur ke Syam saat Futuh Mekkah. Dia takut pembunuhannya terhadap paman Rasulullah saw membuatnya mendapatkan hukuman. Ada seseorang yang mendekati Wasyi, lalu berkata, "Pulanglah ke Mekkah, Rasulullah saw pasti mengampuninya." Dengan perasaan tak percaya, Wasyi menghadap Rasulullah saw. Rasulullah saw pun mengampuni orang yang telah menyakiti hatinya. Betapa luas dan lapangannya hati Rasulullah saw.
Seperti itulah mengobati luka tubuh yang parah dengan abu merang. Seperti itulah mengobati sakit hati dengan berlapang dada dan memaafkan. Namun tidak sampai di situ, Rasulullah saw memuliakan mereka yang menyakitinya dengan beragam kekayaan dan kedudukan. Bisakah kita melakukannya?
0 komentar: