Melemahkan Yahudi, Potong Bantuannya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Apa yang membuat Yahudi berani berperang? Data statistik peperangan menunjukkan hanya satu peperangan yang dilakukan Yahudi dengan tidak mengharapkan bantuan dari siapapun. Sedangkan perang Bani Nadir, Bani Quraizah dan Khaibar, keberaniannya karena janji mendapatkan bantuan dari pihak lain.
Yahudi Bani Nadhir berani berperang karena mendapatkan janji dari Abdullah bin Salul bahwa dia akan mendapatkan tambahan pasukan dari Munafikin Madinah dan Yahudi Quraizhah. Namun hingga saat dikepung oleh Rasulullah saw, tak satu pun bantuan yang tiba. Akhirnya Yahudi Bani Nadhir menyerah setelah dikepung beberapa hari.
Yahudi Bani Quraizah berani menghianati perjanjian dengan Rasulullah saw karena diprovokasi oleh Yahudi Bani Nadhir yang saat itu sedang mengungsi di Khaibar bahwa pasukan Quraisy, Ghatafan dan kabilah lainnya akan mengepung total habis-habisan hingga Madinah takluk. Ternyata pasukan Quraisy, Ghatafan dan Arab Badui tak bisa mengepung total Madinah.
Di perang Khaibar, saat Rasulullah saw menyiapkan 1.400 hingga 1.600 pasukan pilihan yang terbiasa berjihad di Madinah. Pemimpin Munafikin, Abdullah bin Salul mengirimkan surat ke Yahudi Khaibar. Isinya, "Muhammad hendak mendatangi kalian. Karena itu, bersiap-siaplah dan kalian tak perlu takut terhadapnya, karena jumlah dan kekuatan kalian lebih banyak. Kaum Muhammad hanya sedikit dan hanya membawa persenjataan yang minim."
Ketika mengetahui kabar ini, Yahudi Khaibar mengutus Kinanah bin Abu Huqaiq dan Haudzah bin Qais ke Ghatafan untuk meminta bantuan. Sebab, Ghatafan merupakan sekutu Yahudi dan sepakat untuk memusuhi muslimin. Namun Ghatafan meminta syarat agar separuh hasil kurma Khaibar diserahkan kepada mereka jika dapat mengalahkan kaum muslimin.
Rasulullah saw sangat cerdik menghancurkan persekutuan Ghatafan dan Yahudi Khaibar. Untuk itu gerakan pasukan Rasulullah saw tidak langsung menuju Khaibar tetapi memutar sehingga posisi pasukan Rasulullah saw berada di posisi utara bukan selatan. Pasukan Rasulullah setelah perjalanan berada di posisi dari Syam bukan Madinah.
Pasukan muslimin berada di jalur antara Ghatafan dan Khaibar. Sehingga Ghatafan menyangka bahwa yang akan diserang bukanlah Khaibar tetapi Ghatafan. Maka Ghatafan memutuskan untuk menjaga kabilahnya saja tidak jadi membantu Yahudi Khaibar. Strategi ini mulai melemahkan mental Yahudi Khaibar karena mereka berperang sendirian.
Sekarang, bisakah Yahudi-Israel berperang tanpa bantuan dari Amerika dan negara-negara Eropa?
0 komentar: