Melatih Jiwa Dengan Peristiwa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Jalanlah di lingkungan yang kumuh. Berjalanlah di pasar, berhentilah di tempat pembuangan sampah. Susuri sungai yang dipenuhi sampah, yang airnya kotor dan bau. Berjalanlah di perkampungan yang tak tertata. Padahal dahulu tempat ini sebuah hamparan sawah. Airnya mengalir dan udaranya sangat segar. Begitulah cara menghantam jiwa yang menyenangi dunia.
Cara Rasulullah saw mendidik para Sahabat bukan hanya duduk di masjid dan majlis ilmu. Tetapi juga berjalan di berbagai tempat. Rasulullah saw melewati tempat sampah yang ada bangkai kambingnya. Rasulullah saw langsung bertanya, "Adakah yang mau dihadiahi bangkai kambing?" Semua Sahabat menolaknya. Sabda Rasulullah saw, "Dunia itu lebih hina dari bangkai kambing."
Methodelogi pendidikan Nabi Isa pun sama dengan Rasulullah saw. Saat Nabi Isa dan para muridnya melewati bangkai kambing yang membusuk, Nabi Isa bertanya pada murid-muridnya, "Apa yang kalian liat?" Jawaban muridnya beragam ada yang melihat mata yang sudah membusuk. Ada yang mengatakan bau dan sebagainya. Lalu Nabi Isa berkata, "Mengapa tidak melihat giginya yang putih?" Nabi Isa ingin mengajarkan optimisme dan berfikir positif.
Seorang ulama salaf melewati pandai besi yang sedang membakar besi hingga memerah. Apinya terus berkobar. Sang ulama salaf berhenti sejenak tak bisa melanjutkan perjalanan. Sang ulama menitikan air mata tanpa henti. Tangisannya terus mengeras. Dia membayangkan bila besi yang dipanaskan dan dipukul adalah dirinya di neraka. Hati yang peka dan lembut. Hati yang dirahmati Allah memang mudah mengambil pelajaran dari kejadian keseharian.
Saat langit mendung. Siti Aisyah melihat perubahan wajah Rasulullah saw yang sangat drastis. Yang awalnya cerah, tiba-tiba terlihat ketakutan yang amat kuat. Siti Aisyah bertanya, "Bukankah mendung itu berarti akan turun hujan?" Rasulullah saw menjawab, "Bukankah kaum yang diazab Allah, pada awalnya memandang awan dengan kegembiraan? Disangkanya hujan, ternyata azab Allah yang datang. " Bukankah orang yang bertakwa itu selalu takut kepada Allah?
Umar bin Khatab sangat ketakutan bila mendengar ada kambing yang terpleset dan jatuh di jalan. Sangat khawatir bila mendengar ada rakyatnya yang tersesat di jalan. Gemetar ketakutan bila mendengar ada rakyatnya yang tidak bisa makan. Bagaimana pertanggungjawabannya di hadapan Allah? Bagaimana bila rakyatnya menuntut di Akhirat?
Umar bin Khatab "mengharamkan" makanan yang lezat bagi diri dan keluarganya. Umar bin Khatab "mengharamkan" pakaian indah dan harta dari kas negara bagi diri dan keluarganya. Umar bin Khatab memandang bahwa memakan semua yang diinginkannya merupakan keburukan bagi dirinya. Umar bin Khatab selalu khawatir tentang pertanggungjawaban Allah.
Menempa diri. Mendidik diri dengan berbagai kejadian keseharian. Agar semua kejadian adalah riyadhah jiwa dan pemikiran yang tidak pernah terhenti. Agar majlis dzikir dan ilmu ada di setiap tempat dan waktu, seperti Nabi Khidir yang mendidik Nabi Musa dengan beragam kejadian bukan hanya duduk mendengarkan saja.
0 komentar: