KH. R. Abdullah bin Nuh, Di Perang Kemerdekaan Bermimpi Rasulullah saw Hingga Pistol dan Tasbih
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
KH Abdullah bin Nuh sang pencinta ilmu, tekun dan jenius. Di usia 13 tahun sudah mampu mengubah syair berbahasa Arab. Melanjutkan kuliah hingga ke Al-Azhar Kairo. Pulang mengajar di pesantren keluarganya dan mengajar di sekolah MULO hingga menjadi anggota KNIP. Menjadi dosen di Universitas Indonesia dan Universitas Islam Indonesia. Karyanya yang terkenal adalah Kamus Bahasa Indonesia Arab.
Dalam perang kemerdekaan. KH Abdullah bin Nuh ditunjuk sebagai Komandan Batalyon untuk wilayah Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Markasnya di Ujung Genteng-mampang Kulon Sukabumi. Saat Jakarta diduduki Belanda, beliau hijrah ke Yogyakarta. Di sini sang Kiyai menjadi kepala seksi siaran bahasa Arab RRI. Sebagai koresponden Arabian Press Board yang menyiarkan perjuangan bangsa Indonesia ke seluruh dunia. Saat Jogyakarta diduduki Belanda, beliau menyingkir ke pedalaman ikut bergerilya.
Dalam perjuangannya bergerilya sang Kiyai beberapa kali bermimpi bertemu Rasulullah saw dalam berbagai kesempatan. Di 14 September 1947, saat penjajah Belanda masuk ke kota Cianjur, sang Kiyai bermimpi bertemu Rasulullah saw dalam tidurnya. Rasulullah saw memakai sorban hijau dan jubah hijau juga. Rasulullah saw masih muda, lalu mengusir penjajah yang mengendarai sepeda.
Di medan gerilya, sang kiyai ingin belajar merakit senjata. Malamnya dia bermimpi berada di tanah berpasir dengan gubuk-gubuk yang ada di Jawa. Ternyata di dalamnya hadir Rasulullah saw. Sang Kiyai mendekati Rasulullah saw, lalu mencium tangannya yang mulia. Lalu Rasulullah saw berkata, "Kamu datang untuk belajar merakit senapan, ayo cepat lakukan." Lalu satu per satu bagian-bagian tersebut terpasang.
Dalam medan pertempuran KH Abdullah bin Nuh tidak pernah meninggalkan 2 senjatanya yaitu pistol dan tasbih. Berdasarkan saksi mata, "Mama Abdullah bin Nuh sering terlihat naik kuda, dengan pistol dipinggang sambil memegang tasbih di tangan.
Ketika perang kemerdekaan telah usai pun sang Kiyai kerap bermimpi bertemu Rasulullah saw. Peristiwa mimpi pada malam senin 24 Jumadil Ula 1377 H, sang Kiyai bertemu Rasulullah saw di dalam masjid salah satu kampung. Di masjid itu Rasulullah saw bercerita tentang masa perjuangan untuk berdakwah dan penyebaran dakwah. Disimaknya cerita tersebut. Dirangkul dan diciumnya lehernya yang mulia dari samping sambil berkata, "Demi ayah dan bundaku Rasulullah saw."
KH Abdullah bin Nuh dikenal sebagai ahli dan mencintai tasawuf imam Al-Ghazali. Tak heran bila ia mendirikan majelis taklim di kota Paris Bogor yang dinamai Al-Ghazali pada 1968. Majelis taklim ini berkembang menjadi sekolah dan pesantren. Sebagian murid-muridnya menyebut sebagai waliluallah. Begitupun beberapa ulama yang ditemui di Timur Tengah mengenangnya sebagai waliullah dari tataran tanah Sunda.
0 komentar: