Kebebasan Beragama
(Diringkas dari Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka, Al-Baqarah: 256)
Tidak ada paksaan dalam beragama. Berikan kebebasan akal dan hati untuk menemukannya. Ujung semua pencarian adalah Islam.
Kegelisahan, kehampaan dan keingintahuan adalah awal pencarian. Bila jujur terhadap akal dan hati, maka Islam menjadi pelabuhan hidup.
Sarjana Kristen Prof Phillips Hitti berkata, "Tidak ada paksaan dalam beragama patut menjadi panutan manusia dalam segala agama."
Ada pelayan wanita Nasrani di rumah Umar bin Khatab. Umar membiarkan dalam agamanya hingga usia tua. Wanita itu tetap disayangi sebagai keluarga.
Ada pelayan Umar bin Khatab dari Romawi. Sang pelayan tetap dalam agamanya. Ada beragam pemeluk agama di rumah pribadi sang khalifah.
Saat penguasa Kristen Ferdinan-Isabel membantai kaum Muslimin dan Yahudi di Andalusia 1492 M. Khalifah Turki Utsmani tetap menjaga kebebasan beragama bagi pemeluk Kristen dan Yahudi.
Saat Penjajah Eropa memaksakan agama Kristen ke negara jajahannya. Turki Utsmani tetap memberikan kebebasan bagi seluruh pemeluk agama.
Menghancurkan kebebasan beragama berarti menyatakan perang kepada Rasulullah saw.
Saat kebebasan beragama diberikan. Namun mereka berupaya menghancurkan kekhalifahan Turki Utsmani. Tak perlu takut, ada janji Allah.
"Allah-lah pemimpin bagi orang-orang beriman." Selama iman subur, dijadikan kurikulum, disiarkan dan dimajukan, Allah menghalau semua makar.
Kebebasan beragama. Tidak ada paksaan beragama adalah prinsip Islam yang kokoh. Inilah prinsip peradaban dunia.
0 komentar: