Karamah Para Guru Hasan Al Banna
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Hasan Al Banna memiliki empat guru yang langsung menempanya. Yaitu, Syekh Ahmad As-Sa'ati, Syekh Muhammad Zuhran, Syeikh Muhammad Abu Syausyah dan ustadz Abdul Fattah Abu 'Allam. Syekh Ahmad As-Sa'ati adalah sang ayahnya. Beliau seorang ahli ilmu yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Sang ayah, tekun mempelajari fiqh, tauhid dan nahwu. Di rumahnya terdapat perpustakaan pribadi yang sangat besar. Dia juga mengarang dan mensyarah beberapa kitab. Inilah penempaan luar biasa dari rumahnya.
Guru keduanya adalah Syekh Muhammad Zuhran. Hasan Al Banna mengatakan, "Sejak saat itu aku mulai mengenal pengaruh yang ditimbulkan oleh hubungan ruhani yang bersifat mutualistik dan sikap tenggang rasa antara murid dan guru. Kami sangat mencintai Guru, walaupun sang guru membebani pekerjaan yang menguras habis tenaga. Dari hubungan ruhani ini, memunculkan kecintaan untuk belajar dan membaca."
Hasan Al Banna melanjutkan, "Syekh Zuhran sering mengajakku ke perpustakaan, membuka banyak buku. Dia memintaku membacakan untuknya untuk masalah-masalah yang sedang dicarinya. Bahkan aku juga kerap kali diajak ikut menghadiri forum-forum ilmiah, berkumpul bersama ilmuwan dan kaum pemikir yang sedang mendiskusikan suatu tema tertentu, sedangkan aku mendengarkan." Darinya, Hasan Al Banna belajar rajutan cinta antara guru-murid dan murid yang lainnya. Inilah cara mendidik yang efektif dan efisien meskipun sang guru tidak pernah belajar dedaktif metodik maupun kaidah psikologi.
Syekh Muhammad Abu Syausyah, dialah guru yang banyak menempa pendidikan ruhani Hasan Al Banna. Pengalaman paling berkesan, saat sang syekh mengajak ke kuburan. Kemudian menuju pusaran yang terbuka. Para muridnya diminta masuk ke liang kubur dan berbaring sejenak membayangkan perjalanan kematian. Kegelapan kubur, situasinya yang angker membuat para murid menangis.
Sang syeikh banyak menempa soal pendidikan dan pembentukan kader dakwah. Hasan Al Banna berkata, "Syekh Abu Syausyah tidak rela para muridnya berselisih karena persoalan khilafiyah. Ia tidak berkenan mendengar saling menuduh kafir, munafik, zindiq atau misionaris kepada sesama muslim. Bila terdengar hal itu, sang syeikh berkata, 'Tahan, jangan ucapkan kata-kata itu. Lakukan intropeksi. Sedangkan dihadapan manusia, ucapankan kata-kata yang menyentuh hati. Lakukan perbuatan yang menggugah mereka untuk mentaati Allah. Mereka hanya tidak jelas menangkap ajaran agama."
Ustadz Abu Fattah sering memberikan wasiat untuk melakukan kajian mendalam dan tiada henti memikirkan rahasia perundangan Islam dan sejarah perkembangannya, juga sejarah perkembangan mazhab dan terbentuknya kelompok (firqah) dan kelompok kecil (tha'ifah) sehingga kebenaran dapat terungkap. Begitulah sejumlah guru Hasan Al Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin, yang disebutkan oleh Dr Anwar Jundi dalam bukunya Biografi Hasan Al Banna.
Hasan Al Banna melihat karamah para gurunya. Apa karamah sang gurunya? Hasan Al Banna berkata, "Karamah gurunya terlihat dari aspek amaliahnya. Karamah terbesar yang dianugerahkan Allah kepadanya adalah taufik menyebarluaskan dakwah Islam berdasarkan kaidah-kaidah yang benar, dan kecemburuan yang besar terhadap hal-hal yang dilarang Allah, juga amar makruf nahi mungkar." Itulah kekaguman Hasan Al Banna kepada guru-gurunya.
0 komentar: