Jiwa-Jiwa Pembebas Persia Dan Romawi
Oleh: Buya Hamka
Buya Hamka, dalam karyanya Studi Islam, yang diterbitkan oleh Gema Insani Press Februari 2020, memaparkan rahasia jiwa-jiwa penakluk Persia dan Persia hingga Andalusia. Hanya dalam puluhan tahun mampu membebaskan Imperium yang ada. Apa rahasianya? Bagaimana mereka menempa dirinya? Mari menikmati pemaparan Buya Hamka.
Berislam berarti menyerahkan diri sepenuhnya untuk kepentingan Allah sesudah mengetahui siapa Allah. Kepada Allah saja wajah ditundukkan. Manusia harus merdeka dari segala pengaruh yang ada di alam semesta. Semuanya dipupuk, dididik dan ditempa dengan ibadah. Seperti shalat, puasa, zakat dan berdzikir. Hingga akhirnya terbentuk totalitas penyerahan kepada Allah.
Iman kepada Allah harus disertai kecintaan dan pengabdian. Hidup itu sendiri hendaklah menjadi medan tempur pengabdian kepada Allah. Beramal shaleh untuk kepentingan manusia. Dari Allah, kita datang ke dunia. Dengan jaminan Allah, kita hidup di dunia untuk mengerjakan amal shaleh. Sesudah itu, mati dan kembali kepada asal kita yaitu Allah untuk mempertanggungjawabkan kehidupan ini. Hanya seperti itu perputaran hidup manusia. Bila memahami ini, adakah rasa takut? Yang ada hanya kemerdekaan diri.
Kemerdekaan sejati adalah kesanggupan menguasai diri, menguasai syahwat hawa nafsu, dan menguasai segala gejala kehendak baik dan buruk. Semua dikuasai dengan timbangan iman dan akal. Dengan iman, tak ada alam yang dapat membatasinya dan tidak ada yang dapat mengikatnya. Saat iman terbina kokoh, ruh pun naik tinggi menggabungkan diri dengan kelompok Robbani.
Kelompok inilah yang mengganti kehendak sendiri dengan kehendak Allah. Keinginannya disesuaikan dengan keinginan Allah. Iradahnya, iradah Allah, itulah kebenaran. Kebenaran sejati itu adalah Allah. Jika nama Allah disebut, itulah nama yang mengandung sifat kesempurnaan, kebajikan, kecintaan dan rahmat kasih sayang. Siapa yang mengabdikan diri kepada ini semua, maka terbebaslah diri dari sifat tercela. Inilah inti kemerdekaan yaitu mengakui diri menjadi budak kebenaran.
Bila hati telah diserahkan sepenuhnya kepada Allah, rasa takut pun tidak ada lagi. Fokusnya hanya mencapai cita-cita, mencari dan menegakkan kebenaran. Dengan modal ini, pergilah ke medan jihad kehidupan, berjuang bekerja keras hingga kebenaran tegak dan percaya pada takdir Allah bahwa peradaban itu dalam genggaman Islam dan yang bertakwa.
Apa pun yang dikorbankan. Apa pun diserahkan, baik waktu, tenaga, harta dan jiwa. Semua yang hilang dan diberikan tidak akan pernah musnah dan sia-sia. Semua untuk mewujudkan cinta kepada dan meraih kesyahidan. Semangat inilah yang telah meleburkan Persia dan Romawi. Akankah terulang kembali? Dari jiwa membangun peradaban.
0 komentar: