Ilmu Laduni Dari Alam
Oleh: Nasrulloh Baksolah
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Pandanglah alam. Bukankah alam itu bertasbih. Setiap detik, alam mengucapkan "Subhanallah". Alam membimbing untuk memuji Allah kepada yang memandangnya. Adakah cacat? Yang ada hanya kesempurnaan. Tidakkah merasakannya.
Andai belum merasakan getaran halus ini, bertanda, jiwa dalam kematian. Hati penuh kekerasan, dan penyakit. Hati tertutupi tabir, tembok yang tebal. Perjalanan hidup, dalam kepekatan malam. Nabi Ibrahim menemukan Allah, saat mentadaburi alam. Ibrahim bin Adham sadar menyerahkan totalitas diri kepada Allah, saat berburu di hutan.
Lihat yang tak terlihat. Dengar yang tak terdengar. Hubungkan nurani dengan jiwa alam. Kaitkan hati dengan inti alam. Maka, mata dan telinga akan menyaksikan, bahwa alam sedang bertasbih. Alam sedang menasihati jiwa, yang terlalaikan.
Nabi Daud menyaksikan sendiri, seekor ulat yang terus bertasbih. Para sufi melihat burung sedang mengajar ilmu khauf (takut) dan raja' (harap). Para mujahid kehidupan, melihat burung, tengah mengajarkan tawakal dan ikhtiar. Para ahli ibadah, melihat anjing, tengah mengajarkan ketaatan dan ketundukan, kepada Allah.
Saat jiwa tak terketuk dengan perintah keimanan. Tak tertarik dengan keindahan surga. Tak terguncang dengan kengerian neraka. Tak terkesan dengan untaian kisah. Maka, Allah memaparkan keajaiban alam. Agar manusia mendekati alam. Karena alam, bagian dari ayat-ayat-Nya juga. Biarkan alam, menjadi gurunya.
Saat agama dijadikan candu dan dianggap kolot. Saat ilmu pengetahuan dijadikan tuhan. Saat kesibukan rutinitas membosankan. Apa yang tersisa, yang membuat manusia tertarik? Hanya keindahan. Keindahan itu ada di alam. Ketakjuban itu ada di alam. Inilah yang mengelitik fitrah untuk mencari tuhan.
Dalam kepungan keatheisan, hasrat kebendaan, persaingan dan hawa nafsu. Allah masih memberikan sarana ketentraman, dengan memandang alam. Karena alam bagian dari perwujudan kemahabesaran Allah. Bagi para sufi, melihat alam, seperti menyaksikan kehadiran Allah di muka bumi ini.
0 komentar: