Hasan Al Banna, Tarekat Syadziiliyah dan Qadiriyah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Hasan Al Banna dan Syeikh Abdul Hasan Asy-Syadzili, Dua sosok yang lahir terbentang sangat jauh. Hasan Al Banna dan Syekh Abdul Qadir Jailani dua sosok yang lahir terbentang lebih jauh lagi. Syekh Abdul Hasan Asy-Syadzili kelak dikenal sebagai pendiri Tarekat Syadzili. Syeikh Abdul Qadir Jailani kelak dikenal sebagai walinya para Wali dan pendiri Tarekat Qadiriyah. Hasan Al Banna dikenal sebagai ulama pergerakan dunia di abad modern ini yang mendirikan Ikhwanul Muslimin. Darimana keterhubungan ketiga tokoh ini ?
Menurut Prof Dr Ali Muhammad Ash Shalabi, Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan ulama pertama yang mengubah gerakan tasawuf yang personal menjadi terorganisir. Ciri utamanya, pengajaran dan pendidikan jiwa yang terorganisir dan rapi. Pengkaderan di bidang agama, ilmu pengetahuan dan sosial. Dari Tarekat Qadiriyah inilah muncul prajurit, panglima dan pejabat negara yang menahan gempuran Eropa pada perang salib. Yang membangun bani Zanky menjadi negara yang rapi, adil dan sejahtera.
Hasan Al Banna sepertinya mendapatkan ilham dari cara Syekh Abdul Qadir Jailani mengelola dakwah. Dari gerakan dakwah personal menjadi gerakan terorganisir pasca runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani oleh Mustafa Kemal. Bila membedah struktur jaringan Tarekat seperti Qadiriyah, Syadziliyah dan Naqsambandiyah saat ini dengan Ikhwanul Muslimin terdapat kemiripan. Termasuk metodelogi pensucian jiwanya melalui dzikir pagi dan petang.
Saya sering berbincang-bincang dengan orang yang aktif di tarekat Qadiriyah dan Syadziliyah, keteguhan untuk hidup berjamaah sangatlah kuat. Ketaatan pada Mursyid sangatkah luar biasa. Ada semacam sertifikasi dalam mendawamkan dzikir-dzikir tertentu. Ada jenjang-jenjang tertentu dalam strukturnya. Bila saya membaca buku tentang tarbiyah Ikhwanul Muslimin, ini pun ditemukan. Apakah Hasan Al Banna terilhami dalam pengajaran dan pengorganisasiannya?
Prinsip Hasan Al Banna dan Abu Hasan asy-Syadzii pendiri Tarekat Syadziiliyah terdapat kesamaan pandang antara mengarang kitab dengan mengkader umat. Yaitu mementingkan membentuk orang daripada menulis banyak kitab. Lebih penting membentuk kepribadian muslim daripada mengarang berlembar buku.
Dr Abdul Halim Mahmud, Syekh Al Azhar di tahun 1978, mengabadikan prinsip hidup pendiri Tarekat Syadziliyah yang lebih memilih mendidik beberapa orang daripada menulis sebuah karya. Suatu hari Syekh Syadzili ditanya, "Mengapa engkau tidak menulis sebuah karya yang diperuntukkan sebagai petunjuk menuju Allah dan ilmunya tarekat?" "Kitabku adalah murid-muridku," Begitu sang Syekh menjawab.
Hasan Al Banna pun, kehidupannya lebih banyak berkecimpung dalam pengkaderan dan membangun organisasi daripada menulis kitab. Beberapa kitab yang disematkan kepadanya, bukanlah hasil tulisannya tetapi ceramahnya yang ditulis oleh murid-muridnya. Ini seperti yang dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hambal yang tidak pernah menuliskan kitab. Berkat kreatifitas murid-muridnya yang menuliskan ceramah sang Imam Ahmad-lah yang akhirnya Umat Islam bisa mengambil petunjuk dan keberkahan dari karya-karyanya.
Jejak-jejak para ulama akan selalu menjadi petunjuk jalan bagi ulama dan umat sesudahnya. Mengambil pelajaran karya ulama terdahulu akan menjadi cara mudah mendapatkan solusi di era sekarang. Seperti Dale Carnengie katakan dalam bukunya Leadership Mastery bahwa masa lalu harus menjadi sumber daya atau aset di era sekarang. Itulah keterhubungan ke tiga tokoh tersebut.
Salah satu yang tercatat dalam kisah awal hidupnya Hasan Al Banna, sebelumnya dia cukup aktif dalam berbagai tarekat. Inspirasi ke dua tarekat ini dibawa untuk membangun Ikhwanul Muslimin?
0 komentar: