Gelombang Dakwah di Nusantara
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Dunia tercengang dengan gerakan cepat para Sahabat yang berhasil menembus Persia, Romawi dan Mesir. Lalu menyebar ke Asia Tengah hingga ke India hanya kurang dari satu abad. Bagaimana dengan Nusantara dan dataran Melayu? Saudagar dan komunitas muslim sudah ada sejak abad ke 7 Masehi, namun mengapa baru mendirikan kesultanan Pasai sekitar abad 12 dan Demak abad 15?
Butuh 5 abad agar Pasai berdiri. Butuh 8 abad agar Demak berdiri. Padahal bila mau, mengapa tidak meminta pasukan besar dari kekhalifahan Bani Umayah dan Abbasiyah saja? Bukankah kekuatan pasukan mereka mampu menundukkan penguasa dunia? Nusantara memang unik. Pendekatannya sangat fenomenal. Inilah terobosan luar biasa dari para ulama.
Gelombang dakwah Nusantara sangat alamiah. Ada tiga gelombang besar pendekatan dakwah di Nusantara. Pertama, Gelombang pembentukan basis masyarakat dengan datangnya para saudagar. Gerakan dakwah dengan ekonomi dan sosial. Bagaimana menciptakan kesejahteraan, mengangkat derajat manusia dari perbudakan dan sikap hidup yang bersih, rapih dan egaliter.
Kedua, gelombang para ulama. Mendidik umat dengan tasawuf dan syariat. Mengajarkan pengelolaan negara. Intervensi budaya baru ke dalam budaya yang sudah ada. dengan lembut dan hikmah. Budaya lama dipertahankan dengan warna islam yang rahmatan lil alamin.
Ketiga, gelombang berdirinya kesultanan. Melihat masyarakatnya sudah berislam. Sosial dan kebudayaannya sudah terbentuk. Maka mendirikan bangunan kekuasaan sangatlah mudah. Seperti Demak, saat putra Majapahit menjadi sultan. Masyarakat sudah terikat dan mencintai tegaknya keadilan Islam. Maka pamor Majapahit dengan sendirinya runtuh bertahap. Tak ada penyerangan dari Demak ke Majapahit.
Dengan proses ini, saat Andalusia yang mengenggam Eropa selama 600 tahun dirobohkan oleh Raja Ferdinand dan Isabel. Maka Islam diterima dengan sukarela di Nusantara dan semenanjung Melayu. Mana yang lebih berharga? Bukankah kekayaan alam berada di Nusantara? Bukankah Eropa memperebutkan Nusantara?
Berapa umur dakwah sejak kemerdekaan hingga hari ini, belum ada 100 tahun. Mengapa tergesa-gesa dan berputus asa dalam membangun masyarakat dan kekuasaan? Dakwah di Nusantara memiliki keunikan. Ikuti jejak Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah yang sudah matang, sambil membuat terobosan yang penuh hikmah. Jangan terbawa arus hiruk pikuk yang menghabiskan kekuatan.
0 komentar: