Di Abad 17, Perempuan Aceh Melampaui Emansipasi Wanita Modern
(Diringkas dari Buku Perbendaharaan Lama, Karya Buya Hamka)
Dari Acehlah bermunculan banyak pahlawan wanita. Bukankah ini negri Serambi Mekah? Tempat kumpulnya para ulama yang sering dituduh konservatif dan ekstrim?
Apakah kehadiran pahlawan wanita dari Aceh, hanya tuntutan kondisi, atau penempaan pendidikan yang melembaga di Aceh?
Mengapa kemampuan wanita Aceh menyamai kepemimpinan para suaminya? Tentu ada sistem kelembagaan yang terorganisir di Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, naiklah menantunya sebagai sultan. Setelah menantunya wafat, naiklah permaisurinya yang merupakan putri dari Sultan Iskandar Muda. Inilah perempuan pertama dalam sejarah Islam yang menjadi sultan di negri Melayu.
Di era ini juga, Balai Majelis Mahkamah Rakyat, yang merupakan lembaga legislatif, diperbaharui dan dilengkapi dengan anggota perempuan sebanyak 15 orang.
Di kesultanan Aceh, Undang-undang Dasar Negara bernama Qanun Asyi Darussalam yang menyatakan sumber hukumnya adalah Al-Qur'an, Hadist, Ijma, Qiyas menurut mazhab Ahlussunnah wal Jamaah. Apakah ini menghambat wanita berkiprah?
Rupanya hak-hak yang diberikan kepada perempuan berdasarkan persetujuan para ulama. Para ulama pun duduk dalam pemerintahan di samping sultan, menyebabkan kaum perempuan setia memikul kewajibannya.
Hanya di Aceh, pakaian asli perempuan memakai celana. Sebab mereka turut aktif memegang peranan di dalam perang. Mereka menyediakan perbekalan, membantu di garis belakang dan mengobati yang luka.
Perempuan Aceh sudah terbiasa menjadi anggota Balai Majelis Mahkamah Rakyat, bahkan empat sultannya adalah perempuan. Mereka diberi hak dan memikul kewajiban untuk agama, bangsa dan negara dengan penuh rasa tanggung jawab. Ulama pun mendukungnya.
Betapa jauh perbedaan latarbelakang perempuan Aceh di abad 17 dengan perjuangan wanita modern sekarang. Dahulu didorong semangat jihad dan syahid karena ingin menegakkan agama bersama laki-laki. Sekarang, hanya menuntut emansipasi wanita atau gerakan feminisme saja.
0 komentar: