Burung pun Mencintai Ulama
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Burung pun merindukannya. Burung pun mencintainya. Burung pun ingin wafat bersamanya. Burung pun ingin dikubur di samping kuburannya. Menurut seorang ustadz, derajat tertinggi komunikasi adalah tidak berbicara tetapi memahaminya.
Seekor burung ditemukan mati di sisi kuburan Sofyan At-Tsauri. Bagaimana kisahnya? Ini sebuah kisah persahabatan luar biasa antar seorang ulama dengan seekor burung. Persahabatan luar biasa antar manusia dengan hewan. Bukankah di Jepang kisah semacam ini dijadikan filem layar lebar?
Suatu hari Sofyan At Tsauri mengunjungi rumah sahabatnya yang bernama Abu Manshur. Karena sudah larut malam, Sofyan At Tsauri bermaksud menginap di rumah sahabatnya. Saat merebahkan tubuhnya, Sofyan At Tsauri mendengar kicauan burung. Dia perhatikan arah suara kicauan tersebut, ternyata berasal dari burung yang berada di dalam sangkar. Esok paginya dia bergegas menemui sahabatnya.
Sofyan bertanya, "Mengapa burung itu masih dikurung? Seandainya saja dilepaskan." Sahabatnya berkata, "Burung itu milik anakku, ia telah menghibahkannya untukku." Lalu Sofyan membeli burung tersebut seharga satu dinar. Burungnya diambil selanjutnya dilepaskan.
Sejak itu sang burung pergi mencari makan. Ia datang lagi dan sore menjelang malam, lalu hinggap di sebuah sudut rumah tersebut. Ketika terdengar kabar bahwa Sofyan At Tsauri wafat, burung tersebut mengiringi jenazahnya, lalu ia berputar-putar di atas kuburannya.
Sejak itu para penduduk tidak lagi menemukan burung tersebut. Tidak ditemukan datang ke kuburan Sofyan At Tsauri. Mungkin menginap di tempat lain atau ke rumah sebelumnya. Suatu pagi, penduduk setempat dikagetkan karena burung yang dahulu mengiringi jenazah Sofyan At Tsauri ditemukan mati di sisi makam Sofyan At Tsauri. Para penduduk pun menguburkan burung tersebut di samping makam Sofyan At Tsauri.
Seorang hartawan menjadi seorang Sufi karena disadarkan oleh seekor burung. Sang hartawan sedang menikmati roti. Tiba-tiba ada seekor burung yang menyambar makanannya lalu terbang ke sebuah hutang di puncak gunung. Sang hartawan mengikuti gerak burung tersebut untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh burung tersebut? Sang hartawan tercengang ternyata sang burung sedang memberi makan pada seorang laki-laki yang tangan dan tubuhnya terikat pada sebuah pohon.
Sang hartawan menghampiri laki-laki tersebut yang sedang makan roti hasil pemberian burung. Sang hartawan melepaskan seluruh ikatan tali yang mengikatnya. Laki-laki tersebut bercerita bagaimana sampai terikat? Bagaimana sampai setiap hari diberi makan oleh sang burung?
Mendengar kisah tersebut, sang hartawan merasakan Rahman-Rahim-Nya Allah. Seluruh hartanya diinfakkan jadilah dia fokus menuntut ilmu dan beribadah. Kelak sang hartawan tersebut dikenal sebagai Ibrahim Bin Adham seorang tokoh sufi yang luar biasa.
0 komentar: