Belajar Dari Indonesia, Mudahnya Mengalahkan Yahudi Israel di Palestina
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Apakah artinya Indonesia dibandingkan dengan Palestina? Indonesia bukan tanah para Nabi dan Rasul. Bukan pula tanah yang diberkahi seperti yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an. Tak ada peninggalan sejarah yang keutamaannya disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadist. Namun mampu memukul mundur Belanda, Inggris dan Sekutu pemenang perang dunia 2? Padahal senjatanya hanya bambu runcing saja.
Tidak seperti Indonesia. Palestina negri para Nabi dan Rasul. Diberkahi Allah. Ada bangunan peninggalan sejarah yang dimuliakan Allah. Banyak sejarah kegemilangan dan penuh heroik yang dihadirkan oleh para pendahulunya. Banyak kisah karamah para waliullah hingga wali qutub di sini. Maka begitu mudah membangun kemenangan di bumi Palestina kembali.
Bukankah terusirnya Uni Soviet dari Afghanistan dipimpin oleh keturunan Palestina? Amerika pun tertunduk malu di Afghanistan oleh murid-murid yang ditempa oleh seorang guru yang berasal dari Palestina. Peta sejarah dapat membangkitkan jiwa rakyat Palestina itu sendiri. Romawi takluk di Palestina lalu terusir ke Konstantinopel. Tentara Salib takluk di Palestina kembali ke Eropa. Bangsa Mongol yang tak terkalahkan takluknya pun di Palestina. Sehingga kedatangan Yahudi ke Palestina merupakan takdir mereka untuk ditaklukkan kembali.
Afghanistan bukan negri yang dimuliakan dalam Al-Qur'an, tetapi mampu menarik relawan dari berbagai belahan dunia. Para penakluk Uni Soviet dan Amerika di Afghanistan, sebagian besar adalah imigran dari negara-negara Timur Tengah. Dengan persenjataan terbatas saja mampu mengalahkan negara adi daya utama, tidak seperti Yahudi Israel yang hanya menjadi corong negara adi daya.
Dalam Al-Qur'an karakter Yahudi sangatlah lemah, walaupun mereka menyebutnya sebagai bangsa pilihan Tuhan. Saat ditantang oleh Al-Qur'an untuk mati, mereka ketakutan. Saat diperintahkan sebuah aturan oleh Nabinya mereka membangkang. Mereka banyak bertanya dengan sangat detail seolah yang paling pintar. Dalam pertempuran karakter ini takkan bisa diandalkan. Justru menghambat pergerakan pasukan.
Dalam meraih kemerdekaan, Indonesia tak ada satu pun negara yang menopangnya. Peperangan rakyat semesta menjadi andalannya. Pertempuran gerilya menjadi penghancur kecanggihan teknologi. Daya tahan bertempur menjadi penghancur pasukan Belanda yang sangat mengandalkan logistik dalam bertahan.
Rakyat Palestina sangat memiliki modal ini juga. Terusir dari negaranya. Terbiasa diblokade. Terbiasa diperlakukan secara kejam justru membangun mental yang kuat. Tidak seperti Yahudi Israel yang sudah terbiasa ditopang total oleh berbagai negara adi daya agar mereka mampu bertempat tinggal di Palestina. Dalam sejarah Yahudi di era Nabi Musa, mereka tak bisa bertahan hidup dalam kesulitan. Selalu meminta fasilitas kemudahan dari Tuhan melalui Nabi Musa.
0 komentar: