Amr bin Utbah dalam Perang Azerbaijan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Nasrulloh Baksolahar)
Khulafaur Rasyidin, nama Utsman bin Affan dikenang sebagai pribadi yang lembut, bijaksana, dan berpendirian teguh. Meneruskan kepemimpinan Umar bin Khaththab, Khalifah Utsman juga berupaya memperluas wilayah hingga ke luar Jazirah Arab.
Pada tahun ke-24 Hijriah, Utsman mengirimkan pasukan yang dipimpin Alwalid bin Aqobah. Mereka bergerak menuju negeri di utara, khususnya Azerbaijan dan Armenia. Para pemimpin dari dua negeri itu telah mengkhianati perjanjian dengan kaum Muslimin pada era Umar bin Khaththab.
Salah satu prajurit yang ikut dalamnya adalah Amr bin Utbah. Amr bin Utbah selalu menanti kerinduannya syahidnya dengan bermunajat, "Aku memohon tiga hal kepada Allah, lalu Dia mengabulkan tiga hal. Aku menanti yang ke tiga."
"Aku memohon kepada-Nya, agar Dia membuatku Zuhud terhadap dunia, sehingga aku tak peduli harta yang datang dan pergi. Aku memohon agar Dia memberiku kekuatan untuk Shalat, lalu Dia mengabulkannya. Terakhir, aku memohon gugur sebagai syahid, dan aku mengharapkannya."
Sebagai persiapan berjihad, Amr bin Utbah membeli seekor kuda seharga 4.000 dirham lalu dia merawatnya. Dia berkata, "Satu langkah di medan perang lebih aku cintai daripada 4.000 dirham."
Amr bin Utbah berperang dengan mengenakan jubah putih. Dia berkata, "Demi Allah, jika darah bercucuran di atas jubah ini, maka itu bagus." Ternyata dia terkena panah dan darahnya mengucur tepat dari tempat dia meletakkan tangannya, lalu tewas.
Amr bin Utbah ikut dalam Perang tanding. Lawanya maju. Dia lawan pertama kali yang dihadapinya. Sang lawannya pun terbunuh dalam perang tanding tersebut. Setelah perang tanding usai, barisan musuh yang pertama merangsek maju. Amr bin Utbah pun maju dengan gagah berani. Setelah perang usai, jasad Amr bin Utbah ditemukan syahid dan dimakankan di tempat dia terpanah.
Setelah Amr bin Utbah syahid, seorang sahabatnya menemui saudara perempuannya. Lalu menceritakan yang paling terkesan saat bersama pasukan muslimin.
"Pada suatu malam, Amr mengawali shalatnya dengan membaca surat Ghaafir (40): 18 yang artinya, "Hai mim, Dan berilah peringatan akan hari yang semakin dekat (Kiamat)." Dia tidak beranjak dari ayat ini hingga waktu Subuh. Amr bin Utbah wafat saat pertempuran ini.
Sumber:
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ppus70458
https://www.google.com/amp/s/hbis.wordpress.com/2010/02/15/ekspansi-militer-pada-zaman-utsman-bin-affan-ra/amp/
Shifatush Shofwah imam Ibnul Jauzy
0 komentar: