Adat Basandi Syarak, Reformasi di Tanah Minang
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(ChannelYoutube Dengerin Hati)
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Itulah reformasi di tanah Minangkabau. Hasil pergulatan dan kompromi panjang luar biasa antar para Ulama, kaum Adat dalam menghadapi serangan eksternal Belanda.
Dari sisi ulama, ini bentuk kearifan dakwah yang dimulai dari Syekh Abdurrauf Singkil, dilanjutkan oleh Syeikh Burhanuddin yang menerapkan strategi Syara Mandaki, Adat Manurun. Yang menggambarkan pergerakan dakwah dari pantai ke pedalaman.
Dari gerakan ini menghasilkan perubahan besar di tanah Minangkabau. Besarnya arus gerakan Tarekat. Yang mengedepankan sisi spiritual dari pada tuntunan etis. Gerakan ini diterima masyarakat karena tidak mereduksi kehidupan desa.
Gerakan dakwah berikutnya dimotori oleh Tuanku Nan Tua. Gerakan penerapan syariat terutama dalam perdagangan. Agar perdagangan penuh berkah. Meminimalkan kecurangan dan kejahatan. Hingga dia diberi gelar Pelindung Para Pedagang. Namun banyak yang tak menyukainya. Sehingga pesantrennya sering di rusak oleh para gerombolan.
Muridnya Tuanku Nan Rinceh tidak terima. Ditambah pemikiran tokoh Minangkabau yang pulang belajar dari Mekkah. Membuat semangat penerapan syariat harus di semua sektor kehidupan. Dakwah berubah dari hati dan lisan yang sudah dilakukan oleh gurunya, Tuanku Nan Tua, ke dakwah dengan kekuatan.
Sang guru tidak mendukung gerakan sang murid. Dakwah harus dengan kelembutan, bukan kekuatan. Namun kalangan muda justru mendukung Tuanku Nan Rinceh. Yang kemudian dilanjutkan oleh Tuanku Imam Bonjol.
Kebijaksanaan Syekh Burhanuddin dan Tuanku Nan Tua menyuburkan Islam di hati masyarakat Minangkabau. Namun gerakan Tuanku Nan Rinceh justru menjadi sebuah gerakan besar untuk menghadapi penjajahan Belanda.
Pemikiran Tuanku Nan Tua, Muridnya Tuanku Nan Rinceh juga cucu Muridnya Tuanku Imam Bonjol menghasilkan sebuah pemikiran yang menjadi pijakan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Walaupun sepertinya pemikiran mereka seperti berbeda, namun sebenarnya berhubungan sangat erat. Karena setiap zaman membutuhkan strategi yang berbeda.
Semua perbedaan yang terjadi pada diri ulama, merupakan persiapan untuk menjaga yang sudah ada juga bersiap menghadapi tantangan baru. Itulah cara Allah menjaga umat ini.
0 komentar: